selamat datang di rumah sederhana saya. mari bersama berusaha mengumpulkan hikmah yang terserak di antara semesta kehidupan, dalam upaya menyadarkan diri bahwa kita hanyalah manusia.
Posted by SHANDY on 16:05
Labels: ,

Kata pengetahuan adalah kosa kata bahasa Indonesia dan kata dasar tahu, atau kata dasar jadian mengetahui. Kata teknologi diambil dan kata Inggris technology yang diambil dari kosa kata bahasa latin teknos dan logos. Teknologi kurang Iebih berarti ilmu tentang teknik, sementara teknik berarti seni membuat atau meningkatkan nilai tambah atas proses atau barang.




Adapun IPTEK merupakan akronim (singkatan) gado-gado dan kata ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata ilmu berasal dan kosa kata al-Qur’an ‘ilm, jamaknya ‘ulum. Dad kata ini dapat diturunkan kata ‘aliim yang berarti orang yang berilmu dan kata ‘ulama, yaitu kumpulan para ‘aliim. Kata alam juga berasal dan akar kata yang sama. Sesuai dengan pernyataan Al-Qur’an, ilmu merupakan rangkaian informasi dari Allah -‘allama al qur’an, ‘allamahu al bayan (QS : Ar-Rahman 2, 4)-yang juga mencakup informasi astronomi dan biologi -Wa syamsu wa al qamaru bihusban, wa an najmu Wa as syajaru yasjudan (QS Ar-Rahman5-6), dst.-.

Manusia dilahirkan tanpa mengetahui apapun -Ia ta’lamuuna syai-an. Ia datang ke dunia sebagai makhluk asing, atau lebih tepatnya buta pengetahuan. Panca inderanya menangkap gejala-gejala alam, namun tanpa pengetahuan, gejala tadi tidak dapat dipahaminya. Seakan-akan, gejala alam yang hadir didepannya hanyalah sebuah mosaik tanpa makna, bagaikan batu bata berserakan tanpa guna.

Ibunya-lah yang pertama memberi pelajaran. Adapun Adam, sebagai makhluk sosiologis (berbudaya) yang pertama, diajar langsung oleh Allah swt. Perhatikan Wa ‘allama aadama aI asmaa’a kullaha- yang memperkenalkan nama-nama benda di sekitarnya. Nama-nama itu merupakan konsep primitif yang mengabstraksikan benda-benda dan terekam (melalui bunyi ataupun tulisan) dalam ingatan. Dengan nama-nama itu, manusia mampu mengasosiasikan benda dengan gagasan yang ada dalam ingatannya. Inilah potensi utama manusia -wa ja’ala lakum as sam’a wa al abshar wa al af-idah- supaya kita syukuri - la’allakum tasykuruun.

Konsep berikutnya adalah susunan nama, tepatnya susunan kata, yang biasa disebut frasa. Konsep berikutnya yang lebih kompleks disebut, berturut-turut, kalimat, paragraf, bab, buku, dan akhirnya seluruh khasanah pengetahuan. Khasanah pengetahuan itu berarti juga bahasanya. Khasanah pengetahuan yang tersusun secara sistematik disebut ilmu. Demikianlah ilmu sebagai kumpulan kalimat-kalimat yang mengandung pengertian-pengertian tertentu (ini berarti pula bahwa penguasaan bahasa merupakan prasyarat bagi pengembangan ilmu).

Susunan pengetahuan ini kemudian membentuk kesadaran manusia. Susunan pengetahuan yang keliru akan menyesatkan kesadaran manusia, sehingga manusia tidak tahu diri, menyalahgunakan diri dan lingkungannya, dan gilirannya mengembangkan potensi pengrusakan di atas permukaan bumi ini. Sebaliknya, dengan ilmu itu manusia tidak lagi merasa terlalu asing dengan alam di sekitarnya, Ia mulai -sediklt demi sedikit- mengenalinya dan mengembangkan budayanya.

Susunan pengetahuan manusia sebagaimana tersirat dalam khasanah ilmu pengetahuan umat manusia, sesungguhnya dapat dikelompokkan berdasarkan pijakan epistemologl ilmu pengetahuan (cara memperoleh pengetahuan). Hal mi disebabkan karena pijakan epistemologi menentukan kesahihan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Sepanjang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, telah tenjadi pergeseran epistimologi yang ditandai oleh, diantaranya, pergeseran pengertian ilmu. Saat ini, pengertian ilmu didefinisikan secara berbeda oIeh sains kontemporer dari apa yang telah dinyatakan oleh al-Qur’an. Sains kontemporer mendefinisikan ilmu sebagai organized body of knowledge supported by facts, organisasi pengetahuan yang disusun atas dasar fakta: rasional & empiris. Ini berarti bahwa ilmu dipahami sebagai hasih karya manusia semata­-mata. Pergeseran ini tenjadi karena perubahan paradigma (atau grand theory) yang menjadi landasan pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.


PERKEMBANGAN IPTEK & KELAHIRAN SEKULARISME
Pengembangan iptek dapat dipahami dengan memperhatikan apa yang selama inii oleh masyarakat ilmiah disebut sebagai rnetode ilmiah. Metode ilmiah hanya berlaku untuk masa normal -menurut Tho­mas Kuhn-. Masa normal ditandai oleh kemapanan paradigma, atau grand theory tertentu. Hingga pada saat itu (selama masa normal), semua gejala alam dapat dijelaskan -atau akan terpecahkan kemudian oleh sebuah teori- dengan merujuk pada grand theory tersebut. Artinya, grand theory tersebut menjadi asumsi dasar bagi teori-teori tadi.

Kemapanan paradigma ini berakhir pada saat grand theory ini tidak dapat lagi menjelaskan gejala­ -gejala baru secara memuaskan. Selanjutnya timbul masa krisis. Masa krisis ini berakhir saat ditemukannya grand theory atau paradigma baru yang dapat menjelaskan gejala tadi secara lebih memuaskan. Ini disebut sebagai pergeseran paradigma. Contoh klasik pergeseran paradigma ini terjadi pada mekanika newtonian yang digantikan oleh mekanika kuantum (einsteinian). Pergeseran paradigma ini oleh Kuhn dianggap sebagai sebuah revolusi. Melalui cara inilah iptek modern berkembang. Kelemahan mendasar pada iptek modern adalah ketidaktuntasan khasanah ilmu yang dipakainya dan metode atau cara mendapatkan pengetahuannya. Khasanah ilmu sebagai karya urnat manusia dikembangkan oleh berbagai bangsa dengan bahasa yang berbeda-beda dalarn kurun waktu yang berbeda pula. Perkembangan iptek memiliki sejarah tersendiri. Perkembangan iptek terpenting terjadi saat umat Islam menjadi ujung tombak peradaban manusia, merentang sejak sekitar abad VII sampai kurang lebihabad ke XIV (selama 700 tahun). Pada saat itu Qur’an menjadi bagian penting khasanah ilmu umat manusia. Pada saat keruntuhan peradaban Islam yang kemudian diikuti oleh zaman Renaissance, Qur’an tidak lagi diakui sebagai bagian khasanah ilmu umat manusia.

Kemudian, iptek berkembang di Eropa dengan semangat anti gereja, dikembangkan secara naturalistik aristotelian. Ilmu didefinsikan sebagai pengetahuan hasil karya manusia semata-mata. Hal mi memuncak dengan berkembangnya aliran pemikiran eksistesialisme yang memproklamirkan kematian Tuhan dan kelahiran manusia superman yang tahu segala-galanya. Ini merupakan sebagian penjelasan atas terjadinya kehancuran ekosistem kita dewasa mi, yaitu eksploitasi alam oleh manusia-manusia yang menganggap dirinya super.

Akibat proklamasi kematian Tuhan ini, manusia merasa menjadi satu-satunya subyek yang dapat memperlakukan alam sepenuhnya sebagai obyek. Pengetahuan manusia modern -baca Barat- tentang alam berkembang sangat pesat, sementara pengetahuannya tentang Tuhan menjadi sangat sedikit.
Sayang sekali, kemunduran dunia Islam diikutl oleh timbulnya cara berpikir idealisme platonian. Berbeda dengan Barat, pengetahuan ummat Islam tentang Tuhan menjadi berlebihan, sementara pengetahuannya tentang alam menjadi sedikit sekali. Pada gilirannya memicu suburnya khurofat, tahayul dst.

Dengan dua cara benpikir itulah, umat manusia mengalami sekulerisasi, yaitu pemisahan antara dunla dan akhirat, ilmu umum dan ilmu agama, dsb. Cara pandang naturalistik telah menjerumuskan manusia kepada penghambaan terhadap benda (materialisme), sementara cara pandang idealisme telah menjerumuskan rnanusia pada penghambaan terhadap sesama manusia -paus, kyai, pendeta dan penguasa­.


Keunggulan teknologi sebagai parameter kejayaan

Harus diakui dengan jujur bahwa sekarang ini dunia Islam tertinggal sangat jauh dalam aspek teknologi khususnya. Semua teknologi yang kita gunakan sekarang ini kalau yang canggih kemungkinan besar dan hampir pasti bukanlah karya dari umat islam sendiri. Umat hanya sebagai konsumen saja dengan produsen (barat) yang sangat kikir ketika diajak dalam hal transfer (kemampuan) teknologi. Bahkan karena sangat jauh tertnggal tersebut seolah-lah sudah tidak mungkin kita kejar lagi. Hasil survey menunjukan bahwa jika seluruh karya ilmiah muslim seluruh dunia disatukan dan dibandingkan dengan karya dari sebuah negara kecil (Israel) maka masih belum bisa menyamai dari sisi kuantitasnya.

Lantas apakah kita harus berputus asa ? Tidak, putus asa bukanlah akhlak seorang muslim. Kita tentu masih ingat ketika islam mencapai kejayaan dalam sains dan teknologi, ketika itu dunia eropa berada dalam masa kegelapan. Mungkin ketika itu, suasana yang sama meliputi bangsa eropa seperti kita sekarang ini, mungkinkah mengejar atau sedikitnya menyamai teknologi negara Islam ? Dan, semuanya mulai terjawab dengan periode baru perkembangan barat yang dikenal dengan nama Era Renaisance, Era Pencerahan. Era tersebut merupakan babak baru perkembangan seluruh aspek kehidupan masyarakat barat dan teknologi merupakan salah satu karya besarnya. Tentunya timbul sebuah pertanyaan besar yang harus segera kita jawab dan tindak lanjuti. Bisakah kita mencapai kembali jaman kejayaan Islam, Renaisance Islam, Moslem enlightment.



Sejarah yang harus diulang

Roger Geraudy, sorang cendikiawan Perancis yang jatuh cinta kepada Islam dalam sebuah buku “ Panji-Panji Islam” dengan penuh antusiasme dia mengatakan bahwa selama berabad-abad yang lalu dunia barat hanya bisa membanggakan satu orang jenius dalam bidang intelektual yang memiliki multidisiplin, Leonardo de Vinci. Namun dalam islam terdapat begitu banyak orang yang jenius universal dari Al Kindi sampai Ar Razi, dari Al Bairuni sampai Ibnu Sina dan begitu banyak lagi para jenius yang telah merubah wajah dunia modern.

Dalam bidang matematika, kita berjumpa dengan Al Khowarizmi yang berhasil menyempurnakan perhitungan sistimatik dalam bentuk desimal, alogaritma (Al Khowarizmi). Beliau pelopor paling jenius dalam bidang hitung menghitung, pendiri ilmu aljabar (kata aljabar diambil dad buku karangannya yang sangat terkenal sampai saat in. Ibn Tsabit bin Qouroh pada abad IX menciptakan hitungan integral dan meng­hubungkan antara geometri dengan aljabar. Al Biruni, Abul Wafa menernukan teori tentang sinus cosinus dan menciptakan secante, beberapa abad sebelum Copernicus.

Dalam bidang astronomi, dunia Barat pada waktu itu hanya mengenal satu nama Ptolerneus. Padahal dunia Islam menampilkan jagoan astronomi yang super jenial, yaitu Al Battani yang mampu menghitung enklinasi ekliptik sampai 23 derajat 35 detik.

Pada abad XIII didirikan observatorium Maragha dan direkturnya adalah seorang ahli matematik dan astronorn paling brilian yaitu Nasruddin At Toussi (120 1-1274).

Pencatatan basil pengembaraan (atau boleh dibilang karya jurnalistik), dunia Barat hanya mengenal Marcopolo. Padahal tiga abad sebelum Marcopolo rnengenal Cina, pe­dagang Arab yang bernama Sulaiman telah singgah di Canton dan disusul oleh Ibnu Batuttah. Dalam bidang geografi, peta bumi yang paling mendekati kenyataan ditemukan oleh orang Islam, seperti misalnya penemuan Idnisi yang telah mernbuat buku karangan “Kitah Raja Roger” dimana dalam buku tersebut di lengkapi dengan peta peta geografi dunia yang tingkat presisi­nya sangat tinggi.

Dalam Ilmu Kelautan kita berjumpa dengan Ibnu Madjid yang menulis buku: “Prinsip-Prinsip Pelayaran dan Aturannya “. Dan ia diberi gelar Singa Prahara karena berhasil menjadi penunjuk jalan armada Portugis yang dipimpin Vasco de Gama, yang berlayar dan Melende di pantai Afrika ke Calcutta pada tahun 1498. Vasco de Gama sendiri mengakui bahwa Ibnu Madjid adalah aset yang sangat berharga dalam ilmu kelautan khususnya dalam bidang oceanografi.

Dalam dunia kedokteran, dunia Barat justru sangat me­ngenaskan. Prestasi dalam bidang kedokteran dunia Barat pada abad tersebut, boleh dibilang nihil. Dikarenakan ajaran dan kekuasaan Gereja yang menghalangi perkembangan ilmu (masih ingat peristiwa pengucilan Galileo Galilei, Copernicus, dan lain-lain).

Pada tahun 1215, dalam Konsili Latran, Paus Innocent II membuat perintah untuk mengancarn para tabib yang mengobati orang sakit, dikarenakan orang sakit itu adalah para pendosa besar!

Karena Mental seperti ini, Fakultas Kedokteran di Paris pada waktu itu hanya mempunyai satu naskah ringkasan ilmu kedokteran. Itupun dijiplak dari hasil karya Ar Razi dan Ibnu Sina. Pantaslah, sebagai tanda tenima kasih kepada dua ihnuwan Muslim ini, di muka amphitheatre di jalan Saint Peres, Universitas Sorbone Paris, dibuatkan patungnya sebagai tanda kehormatan dan rasa berhutang dunia Barat Kristen terhadap dua tokoh Islam tersebut.

Ibnu Sina, Ar Razi adalah cendikiawan Islam. yang sangat jenius dan rnempunyai keahlian beragam serta univer­sal. Ia adalah dokter, ahli fisika, ahli theologi dan penyair. Begitu juga Ibnu Haitam (di Baral dipanggil Al Hazen) adalah jenius Muslim yang mernbuka rnata ilrnu kedokteran dengan penernuan-penemuannya, khususnya di bidang optik sebagai awal dari ekperimental sains. Roger Baccon tidak segan-segan menjiplak buku Al Hazen sebagaimana di dalarn bukunya bagian ke-5 Opus Majus, dia akui keunggulan lbnu Haitam.

Pada tahun 1000 seorang dokter ahli mata di Bagdad, Al Maswili dapat menyembuhkan katarak dengan cara menyedot cairan dengan alat jarum yang bolong. Padahal operasi semacam ini baru dapat dilakukan dunia Barat, delapan ratus tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1864 oleh Dr. Blanchet.

Ibnu Nafis menemukan sirkulasi darah, empat ratus tahun sebelum Harvey dan tiga ratus tahun sebelum Michel Servet. Ahli bedah di Andalusia, Aboul Qosim menyelidiki TBC tulang punggung, tujuh abad sebelum dilakukan oleh Percivall Pott (1713-1788).

Jangan ditanya soal koleksi buku ilmiah. Kha!ifah Al Makmun adalah raja yang menjadi pe!opor didinikannya perpustakaan dan untuk pertama kalinya di dunia, dia buat per­pustakaan dengan koleksi satu juta buku di dalam perpustakaan yang disebut namanya oleh beliau sebagai Baitul Hikmah.

Dunia Barat rnernang harus berterima kasih kepada Islam, karena mereka baru menemukan ilmu modern dan rnemasuki dunia pencerahan dan pembebasan kejumudan berpikir setelah mereka be!ajar di Universitas Castilia, Cordova Andalusia (Spanyol), kemudian di bawa ke Eropa yang pada waktu itu sedang terlelap dalam selirnut kegelapan yang berat.

Bahkan dapat kita katakan bahwa mustahil budaya modern seperti yang kita lihat sekarang ini tanpa kontribusi awal dan umat Islam. Tengok saja, berapa banyak istilah keilmuan Islam yang sampai saat ini masih dipakai, diantaranya:
1 .Matematika : Zero, Cipher, Algebra, Algoritma dll.
2.Kirnia : Chemistry, Alcohol, Alkali, Elixir dll.
3.Geografi : Azure, Zenith ,Azimuth , Maluku, Gibraltar, Climate dll.
4.Product : Cotton, Saffron, Sofa, Sherbet, Coffee dll
5.Lain-lain : Cable, Tanif, Karat, Nadir
dan masih banyak lagi istilah keilmuan maupun kernasyarakatan modern yang ditimba atau diambil alih dan zaman kejayaan Islam. Di Indonesia sendiri, kiranya para ahli bahasa dapat tergetar jiwanya karena Islam telah membrikan begitu banyak nama dan istilah kepada bangsa Indonesia, diantaranya : Adab, Daulat, Adil, Musyawarah, Wakil, Mufakat, Rakyat, dan lain-lain.

Teknologi yang perlu dikuasai

Kondisi yang tentunya kita inginkan adalah menjadi pemimpin dalam setiap bidang teknologi. Namun, tentunya kita harus menyadari kemampuan kita saat ini. Diperlukan strategi yang telah dipikirkan masak-masak untuk mengubah posisi dari tertinggal menjadi menyamai sabagai tahap awal untuk mencapai tahapan mengungguli. Tentunya kita harus menentukan bidang-bidang dimana kita bisa mengungguli negara-negara barat, dibidang mana kita cukup mengikuti perkembangannya (untuk sementara), dibidang mana kita bisa menjadi leader dengan tidak begitu sulit. Teknologi tidak hanya elektronika, komputer, telekomunikasi. Cakupan teknologi adalah sangat luas. Setidaknya sebagaimana yang ada di ITS. Ilustrasi termudah adalah sebagaimana disebutkan sebelumnya. Ada kedokteran, astronomi, fisika, geografi, dan lain sebagainya.

Teknologi strategis saat ini

Tentunya ada bidang-bidang yang memiliki posisi strategis terkait dengan kebutuhan saat ini dan beberapa tahun, bahkan puluh tahun mendatang. Dimana kita mau/tidak mau, suka/tidak suka harus turun lapangan, karena teknologi tersebut merupakan penopang bagi perkembangan bagi bidang-bidang teknologi lainnya atau setidaknya menjadi ‘kunci’ dari kemajuan/kehancuran bidang-bidang yang lainnya. Teknologi tersebut disini disebut sebagai teknologi strategis. Teknologi yang terkait dengan media massa seperti telekomunikasi dan teknologi informasi mempunyai peranan yang sangat strategis. Dalam bidang-bidang ini kita tidak terlau ketinggalan, namun untuk masalah hardware-nya (mikro prosesor, IC) kita benar-benar ketinggalan. Selain itu, teknologi yang terkait dengan persenjataan dan pertahanan keamanan baik dari yang konvensional hingga yang bersinggungan dengan teknologi atom (nuklir) memiliki posisi yang benar-benar strategis. Namun harus kita sadari juga bahwa tidak mudah untuk terjun di dalamnya, dan bukan berarti kita harus meninggalkan bidang kita yang sekarang untuk ramai-ramai terjun ke bidang teknologi strategis.

Tentu masih segar dalam ingatan kita ketika secara ‘tiba-tiba’ Pakistan memproklamirkan kekuatan militernya yang didukung oleh kekuatan rudal berhulu ledak nuklir, semua negara besar secara tiba-tiba memasang mata, telinga, dan seluruh indera lainnya ke negara (Islam) kecil itu. Suatu prestasi luar biasa.


PENGEMBANGAN IPTEK DALAM KONTEKS AMAL ISLAMI

Mahasiswa (muslim) sebagai penghuni institusi pendidikan tingkat tinggi mempunyai peranan yang strategis dalam setiap usaha mengembalikan kejayaan islam. Oleh karenanya, adalah suatu kewajiban bagi setiap insan mahasiswa muslim segera menyadari tanggung jawab besar yang diembannya. Tentunya sesuai dengan bidangnya masing-masing, sesuai dengan bakat/kempuan yang dimilikinya. Bukankah setiap tindakan/perbuatan/usaha yang dilakukan dengan niatan sebagai wujud dari pengabdian kepada Sang Khalik sesuai dengan petunjukknya merupakan bentuk amal islami/ibadah ?
Setiap kesibukan kita memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan haruslah dirasakan sebagai tugas mulia sehingga setiap langkah kita usahakan adalah langkah terbaik. Kita melakukan setiap tugas dengan seoptimal mungkin. Tentunya-sekali lagi-sesuai dengan kempuan kita masing-masing. Allah tidak akan memberikan beban yang melebihi kemampuan hambanya ( akhir Surat Al-Baqarah).

Hanya dengan kerja keras dan mujahadah kejayaan (izzah) kaum muslimin dapat bangkit kembali.

Petiklah hikmah perístiwa sejarah ini di abad kedua Hijriyah. Adalah Pangeran Retfeil dari Sajistan membangkang untuk membayar al-kharaj (sejenis pajak kepala) kepada para petugas yang dikinim oleh dinasti Ummayyah. Akibat pembangkangan itu, Dinasti Umayyahpun menyerbu wilayah itu, namun sang pangeran belum berhasil ditundukkan. Kemudian pada masa pemerintahan Yazid bin Abdul Malik, sekali lagi dinasti Umayyah ini mengirimkan delegasinya untuk meminta agar pangeran tersebut bersedia membayar al-kharaj. Dan ketika delegasi itu telah menghadap, pangeran itu bertanya kepadanya:
"Di mana orang-orang yang dulu pernah menaklukan kami? Mereka adalah orang-orang yang kempes perutnya karena lapar, memakai terombah usang dengan tanda di dahi bekas sujud?"

"Mereka telah tiada", jawab delegasi itu.

“Anda sekalian memang jauh lebih gagah dibandingkan mereka, tetapi mereka jauh lebíh memenuhi janji ketimbang anda, dan jauh lebih hebat".

Sejarah mencatat bahwa pangeran ini tetap mernbangkang membayar al-kharaj dan dia tak pernah tunduk barang sekejap pun kepada pemerintahan Islam sepanjang masa pemenintahannya.

Dalam kisah yang lain, setelah balatara Islam tiba di Iembah Yordan dan pasukan Abu 'Ubaidah tiba di Fahl, penduduk Nasrani di negeri itu menulis surat kepada tentara muslim, mengatakan "Hai kaum muslimin, kalian lebih kami sukai dari pada orang-orang Romawi kendatipun mereka itu seagama dengan kami. Kalian lebih jujur terhadap karni dan kalian lebih ramah, tidak zalim kepada kami dan lebih baik memberi perlindungan kepada kami. Mereka (orang-orang Romawi) merusak urusan kami dan merampas rumah-rumah kami". Penduduk Aleppo rnenutup pintu gerbang kota mereka untuk menahan masuknya pasukan Henaclius dan memberitahu kaum muslimin bahwa perlindungan dan keadilannya lebih mereka sukai darí pada kezaliman dan kesewenang-wenangan orang-onang Romawi.

Demikianlah perasaan penduduk negeri-negeri Syam dalam menghadapi peperangan yang berkobar dan tahun 633 hingga tahun 639 M, yaitu peperangan dimana pasukan muslim berhasil mengusir balatentara Romawi dari negeri-negeri itu secara berangsur-angsur.

Dua klsah di atas adalah cuplikan kecil dari serangkaian peristiwa besar dalam sejarah Islam. Retfiel adalah seorang yang memusuhi Islam dan musuh kaum Muslimin, bendasarkan pengamatannya dan yang ía alami telah mengemukakan kalimat yang sangat tepat dalam menggambarkan hakekat kekuatan Islam. Pangeran ini menjelaskan bahwa hakekat kekuatan utama bukan semata-mata terletak pada besarnya angkatan bersenjata dan canggih teknologi perang atau pengerahan personal secara besan-besaran, tetapi utamanya terletak pada kekuatan ruhiah dan ketinggian akhlak dan konsistensi mereka kepada ajaran al Islam.

Kekuatan inilah tidak hanya telah mampu mendobrak pintu dunia tanpa sarana material yang hebat tetapi juga telah dapat merebut hati dan orang-orang yang mendiami wilayah yang sangat Iuas. Kekuatan ini telah sirna pada masa dinasti Umayyah, sebaliknya pada masa sebelumnya balatentara muslim dibawah pimpinan Abu Ubaidah penuh vitalitas dengan kekuatan ruhiah dan akhlak yang mulia. Sementara apa penghujung abad 20 lalu kita menyaksikan negara adi daya Uni Soviet yang memiliki teknologi canggih luar angkasa terkemuka di dunia ambruk berkeping-keping, justru dari kekuatan lnternal-nya sendiri.

Ini berarti tugas kita untuk belajar dan pengembangan IPTEK sebagai wasail al hayah haruslah tetap berada dalam ajaran al-Qur'an sebagai minhaj al-hayah. Dengan semangat demikian, seorang muslim akan semakin giat dalam belajar, bekenja dan berjuang, sebab sekecil apapun pekerjaan itu ada nilainya tersendiri.


Referensi :
Waheeduddin Khan, “Agama vs Sains Modern”, 1402 H

0 comments:

Search