selamat datang di rumah sederhana saya. mari bersama berusaha mengumpulkan hikmah yang terserak di antara semesta kehidupan, dalam upaya menyadarkan diri bahwa kita hanyalah manusia.
Posted by SHANDY on 10:42

1. Pendahuluan
Wala’ adalah cinta dan mengikuti kalimat Allah, manakala bara’ adalah kebencian tau menolak selain Allah. Keduanya tumbuh di dalam mengamalkan kalimat laa ilaha illallah. Syarat-syarat diterimanya laa ilaha illallah adalah mengucapkan, memahami dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalimat syahadatain merupakan pintu gerbang menuju Islam. Kalimat tersebut terdiri dari dua persaksian. Pertama adalah persaksian kepada Allah. Kedua adalah persaksian kepada Rasulullah Muhammad SAW. Seseorang yang sekedar mengucapkan laa ilaha illallah dan menghafalnya bukan berarti ia telah mengamalkan isi kalimat tersebut, bahkan ia dapat tergelincir pada jalan yang salah.

Sedangkan syarat-syarat diterima kalimat ini adalah:
§ mengerti maksud kalimat
§ meyakini intisari kalimat hingga tidak ada keraguan sedikitpun
§ sanggup menerima konsekuensi baik dengan hati maupun lisan
§ menundukkan diri terhadap kandungan kalimat
§ selaras antara ucapan, perbuatan dan hati
§ mengucapkannya dengan ikhlas
§ mencintai kalimat ini, para pendukungnya dan sekaligus membenci hal-hal yang dapat menggugurkannya.

Wala dan bara adalah bagian dari konsekuensi mamahami laa ilaha illallah. Mencintai Allah tidaklah cukup, harus ada loyalitas sebagai konsekuensi dari cinta tersebut. Loyalitas yang dimaksud adalah bentuk dari pembelaan, pemuliaan, penghormatan terhadap wali-wali Allah dan agama Allah. Pembuktian loyalitas dilakukan seiring dengan penolakan (bara) terhadap thaghut. Kaum kafir Quraisy memahami arti dan maksud kalimat laa ilaha illallah. Karena mereka mengerti dengan kalimat itu, maka mereka enggan untuk menerima dan mengucapkan kalimat syahadat. Mereka mengetahui setelah mengucapkan dan menerima kalimat laa ilaha illallah maka akan ada konsekuensi yang harus mereka terima dimana mereka tidak bisa lagi menjalankan berbagai kebiasaan yang selama ini telah mereka lakukan.

Pengaruh ikrar laa ilaha illallah dalam kehidupan seseorang sangat besar sekali. Pengaruh dari kalimat tauhid bagi muslim adalah akan memiliki pandangan yang luas, menimbulkan kebanggaan dan kebesaran jiwa, melahirkan jiwa rendah hati, menjadikan jalan keselamatan, dijauhkan dari rasa keputusasan, mendidik manusia yang memiliki keteguhan, kesabaran dan tawakal dalam menghadapi berbagai masalah untuk mencari ridha Allah, mendorong hati untuk berani, menimbulkan kepasan jiwa, dan memiliki komitmen dan menjaga syariat Allah.

2. Pengertian Wala’ dan Bara’
§ Beberapa kata yang terkait dengan wala adalah al muwalah, maula, walayah, al wahyu, dan waliy. Al muwalah berarti seseorang yang memberi dukungan kepada satu pihak. Maula memiliki banyak arti, semua berasal dari nushrah (dukungan) dan mahabbah (cinta). Walayah adalah dukungan. Al wahyu adalah kedekatan. Waliy dapat diartikan orang yang mengurus orang lain. Definisi wala menurut istilah adalah pemuliaan, pembelaan, cinta, dukungan, penghormatan, dan bersama-sama orang yang dicintai secara lahir dan batin.
§ Definisi bara menurut bahasa memiliki beberapa arti. Bara’ dan bari’ memiliki kesamaan arti. Seseorang disebut bari’ bila ia terlepas atau bebas. Seseorang juga disebut bari’ bila ia memberi peringatan dan menyampaikan alasan. Definisi bara menurut istilah adalah bebas lepas, jauh dan permusuhan setelah adanya argumentasi dan peringatan.
§ Akar dari walayah adalah cinta dan kedekatan, sedangkan akar permusuhan adalah kebencian dan kejauhan. Wala dan bara berdasarkan cinta dan benci. Wali Allah adalah mereka yang mencintai Allah, mematuhi perintahNya, memusuhi orang yang dimusuhi Allah. Allah membenci musuh-musuhNya dan musuh rasul-rasulNya, maka wali Allah akan membenci musuh-musuh Allah dan musuh nabi-nabi Allah.

3. Contoh Wala dan Bara di Mekah
§ Rasulullah menyampaikan risalah tauhid di rumah Arqam bin Abil Arqam untuk pertama kalinya. Meskipun belum terbentuk pemerintahan, mereka yang sudah masuk Islam memberikan walanya kepada Allah dan Rasulullah SAW. Wahyu Allah yang turun satu persatu semakinmeningkatkan wala dan bara kaum muslimin. Dakwah Rasulullah secara sembunyi-sembunyi dilakukan selama tiga tahun. Kemudian Allah memerintahkan Rasulullah menyampaikan Islam secara terang-terangan setelah sebutan Islam menyebar di Mekah.
§ Menyebarnya Islam dalam masyarakat Mekah telah mengakibatkan semakinmeningkatnya siksaan terhadap kaum muslimin. Kaum muslimin diminta oleh Rasulullah untuk bersabar dan menahan diri. Kaum muslimin mematuhi seruan Rasulullah tersebut. Mereka menerima siksaan tanpa adanya sikap pengecut dalam diri mereka, malinkan karena iman kepada Allah yang sudah tertanam dan kecintaan serta solidaritas diantara kaum muslimin.
§ Periode Mekah lebih menitikberatkan hubungan non perang antara kaum muslimin dengan musuh-musuh mereka. Periode ini menuntut adanya penimbulan citra kesabaran dan ketabahan, penampakan iman yang berkesan agar kaum musyrikin bisa menerima kebenaran.
§ Al-Quran yang turun pada periode Mekah memerintahkan kaum muslimin untuk tetap memelihara hubungan mereka dengan karib kerabatnya yang masih kafir. Namun hal ini tidak berarti kaum muslimin memberikan walanya kepada kaum kafir.
§ Beberapa bentuk wala tersebut diantaranya adalah membuat isolasi perasaan terhadap lingkungan, ikatan dan tradisi jahiliyah, memalingkan diri dari orang kafir, bersabar dan menjauhi orang kafir dengan cara yang baik, menyampaikan dengan tegas kepada orang kafir bahwa agama mereka adalah bathil.
§ Kaum musyrikin yang melihat bahwa mereka yang telah masuk Islam tidak akan bisa kembali lagi kepada kemusyrikan mengajak Rasulullah untuk menyembah berhala mereka selama satu tahun dan merek aakan menyembah sembahan Rasulullah selama satu tahun pula. Allah kemudian menurunkan surat Al Kafirun. Ibnul Qayim menyatakan bahwa surat Al Kafirun adalah surat keberlepasan diri (bara’ah) dari syirik.
§ Rasulullah keluar dalam musim haji dan biasanya mendekati berbagai kabilah Arab yang datang. Pada suatu saat beliau bertemu dengan sejumlah lelaki dari Khazraj. Beliau menawarkan Islam dan membacaka Al-Quran kepada mereka. Merekapun menerima tawaran Nabi dan masuk Islam. Kemudian mereka menyebarkan Islam di tempat asal mereka (Madinah) dan mendapat sambutan luar biasa.
§ Ketika mengomentari pertanyaan dari seorang Anshor tentang pemutusan hubungan mereka dengan Yahudi dan nasib mereka setelah Allah memenangkan RasulNya, Nabi berkata, “Tidak! Akan tetapi darah adalah darah dan kehormatan adalah kehormatan (Saya sehidup semati dengan klaian). Aku dari kalian, dan kalianpun dari aku. Aku akan memerangi orang yang memerangi kalian dan aku akan berdamai dengan orang yang berdamai dengan kalian!”.

4. Contoh Wala dan Bara di Madinah
§ Ketika Nabi sudah hijrah dari Mekah ke Madinah, pekerjaaan yang dilakukan pertama adalah membangun masjid. Setelah itu nabi memepersaudarakan kaum Muhajirin dengan Anshor di rumah Anas Bin Malik. Mereka dipersaudarakan atas dasar saling membahagiakan, mereka saling mewarisi sesudah meninggal tanpa ikatan darah. Namun kemudian Allah berfirman tentang adanya larangan waris kepada ikatan bukan darah.
§ Ikatan antara Muhajirin dan Anshor adalah ikatan yang unik. Mereka saling mencintai satu sama lainnya. Ikatan yang terbentuk disebabkan karena aqidah yang sama.
§ Persaudaraan ini merupakan pilar yang membentuk konsep “umat Islam”. Umat yang didirikan bukan atas dasar nasab, warna kulit, bahasa, tanah, kebangsaan atau hubungan darah, tetapi lebih karena hubungan aqidah. Kaum mukminin saling menjadi wali bagi yang lain. Ukhuwah yang tercipta memebentuk masyarakat Islam dimana terwujud solidaritas sosial.
§ Pada periode Madinah, wala mengalami bentuk lain karena perbedaan kondisi dengan Mekah. Satu diantaranya adalah Piagam Madinah yang berisi aturan kehidupan masyarakat Madinah yang terdiri dari berbagai unsur. Adapun tiga hal penting dari ciri-ciri periode ini adalah: (1)adanya tipudaya ahli kitab terhadap Islam dan peringatan bagi kaum muslimin untuk tidak memberika walanya kepada mereka; (2) timbulnya kemunafikan dan komunitas kaum munafik; (3) penolakan (bara’) terhadap golongan ahli kitab dan kaum munafik sehingga terjadi pemisahan total antara kaum muslimin dengan musuh-musuh mereka.
§ Bara dari kaum musyrikin adalah memerangi mereka, melarang mereka memasuki masjidil haram, adanya larangan menikahi wanita-wanuita musyrikah, larangan bagi kaum muslimin untuk tinggal di lingkungan kaum musyrikin. Hal ini dapat dilihat pada QS 5:68.
§ Bara dari kaum munafik dijelaskan dengan perintah untuk berpaling dan bersikap keras dari mereka. Kemudian dilarangnya kaum muslimin menshalatkan mereka dan berdiri di atasa kuburannya. Sementara alasan mereka meninggalkan jihad tidak bisa diterima sehingga keikutsertaan mereka berikutnya tidak diterima. Disamping itu kaum mukminin diperintahkan untuk memohon ampunan untuk mereka kepada Allah.
§ Pada periode Madinah, kaum muslimin diminta untuk memutuskan hubungan kekerabatan dengan kerabat mereka yang masih kafir, musyrik atau munafik.

5. Implementasi Wala dan Bara
§ Bagaimana kaum salaf mengimplementasikan wala dan bara? Sahabat Rasulullah, Ka’ab Bin Malik bersama kedua temannya tidak mengikuti perang Tabuk. Rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk mengisolasi dan memboikot tiga orang tersebut. Pada saat demikian, Ka’ab mendapat tawaran dari Raja Ghassan untuk bergabung dengannya dengan tawaran yang menggiurkan. Namun Ka’ab menolak tawaran tersebut. Wala’ Ka’ab kepada Allah dan Rasul-Nya tetap mengemuka meskipun dikucilkan oleh kaum muslimin. Demikian juga Bara’ yang ditunjukkan Ka’ab dengan menolak ajaran Raja Ghassan.
§ Gambaran wala dan bara di zaman sekarang. Wajah dunia Islam pada hari ini menunjukkan kehinaan dan kerendahan di mata kaum kafir. Musuh-musuh Islam berhasil melakukan rekayasa sehingga kaum muslimin tidak mampu untuk mengamalkan wala dan bara seperti yang pernah dilakukan oleh generasi Islam pendahulu. Musuh-musuh Islam telah memenangkan ghazwul fikri sehingga lahir orang-orang yang berpola pikir sesuai dengan kehendak musuh-musuh Islam.

6. Cara Musuh Menjauhkan Muslim dari Wala dan Bara
§ Musuh-musuh islam melakukan upaya menguasai pendidikan dan pengajaran dalam negeri sehingga mereka dapat merubah kurikulum pendidikan sesuai dengan kehendak mereka. Disamping itu mereka juga melakukan pengiriman pelajar/mahasiswa ke negara-negara kafir untuk mengeluarkan ajaran Islam dari kehidupan kaum muslimin.
§ Orang-orang Arab muslim yang mengeyam pendidikan ala Barat, mengambil kesimpulan bahwa model pendidikan yang dipraktekkan yang bersumber dari lembaga semacam Oxford maupun Cambridge sudah menjadi sebuah jaminan untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas dan tidak melihat Islam sebagai alternatif yang juga tepat bagi berbagai pemikiran dan ilmu. Hal ini dkarenakan mereka sudah memberikan walanya kepada pihak Barat, tempat dimana mereka mengeyam pendidikan.
§ Televisi, koran, majalah, novel, film, radio dan sarana penerangan lainnya memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan mental kaum muslim secara signifikan. Target sarana ini adalah menghapuskan wala kaum muslimin kepada Islam. Media massa telah menyebarkan kekejian, menjadi pemicu masyarakat untuk melakukan dosa dan menjadi contoh tindakan kerusakan serta mampu mengubah aqidah umat.
§ Di sini terjadi gerakan penerjemahan buku-buku karya kaum orientalis maupun yang bukan dan kemudian menyebarkannya kepada umat Islam. Disamping itu ada pula penerjemahan berbagai manuskrip karya orang Islam dimana terdapat banyak kesalahan penerjemahan sehingga yang membacanya akan menerima informasi yang tidak utuh tentang buku tersebut.
§ Di samping itu, tulisan para orientalis yang berusaha memutar fakta ternyata mendapat bantahan dari sesama orientalis pula. Pengaruh tulisan orientalis terhadap muslim yang lemah umatnya berdampak besar. Apalagi bila banyak diantaranya mengajarkan kembali kepada umat Islam. Akibatnya mereka tidak memberikan walanya kepada tempat yang semestinya mereka berikan wala.
§ Aliran ini diantaranya adalah aliran kebangsaan dan nasionalisme, aliran ini menyempitkan wala dan hanya membuat wala hanya dalam ruang kebangsaan. Hal inilah yang membuat bangsa Arab terkotak-kotak setelah sebelumnya menyatu dalam kekhalifahan Utsmani.



0 comments:

Search