selamat datang di rumah sederhana saya. mari bersama berusaha mengumpulkan hikmah yang terserak di antara semesta kehidupan, dalam upaya menyadarkan diri bahwa kita hanyalah manusia.
Posted by SHANDY on 16:05
Labels: ,

Kata pengetahuan adalah kosa kata bahasa Indonesia dan kata dasar tahu, atau kata dasar jadian mengetahui. Kata teknologi diambil dan kata Inggris technology yang diambil dari kosa kata bahasa latin teknos dan logos. Teknologi kurang Iebih berarti ilmu tentang teknik, sementara teknik berarti seni membuat atau meningkatkan nilai tambah atas proses atau barang.




Adapun IPTEK merupakan akronim (singkatan) gado-gado dan kata ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata ilmu berasal dan kosa kata al-Qur’an ‘ilm, jamaknya ‘ulum. Dad kata ini dapat diturunkan kata ‘aliim yang berarti orang yang berilmu dan kata ‘ulama, yaitu kumpulan para ‘aliim. Kata alam juga berasal dan akar kata yang sama. Sesuai dengan pernyataan Al-Qur’an, ilmu merupakan rangkaian informasi dari Allah -‘allama al qur’an, ‘allamahu al bayan (QS : Ar-Rahman 2, 4)-yang juga mencakup informasi astronomi dan biologi -Wa syamsu wa al qamaru bihusban, wa an najmu Wa as syajaru yasjudan (QS Ar-Rahman5-6), dst.-.

Manusia dilahirkan tanpa mengetahui apapun -Ia ta’lamuuna syai-an. Ia datang ke dunia sebagai makhluk asing, atau lebih tepatnya buta pengetahuan. Panca inderanya menangkap gejala-gejala alam, namun tanpa pengetahuan, gejala tadi tidak dapat dipahaminya. Seakan-akan, gejala alam yang hadir didepannya hanyalah sebuah mosaik tanpa makna, bagaikan batu bata berserakan tanpa guna.

Ibunya-lah yang pertama memberi pelajaran. Adapun Adam, sebagai makhluk sosiologis (berbudaya) yang pertama, diajar langsung oleh Allah swt. Perhatikan Wa ‘allama aadama aI asmaa’a kullaha- yang memperkenalkan nama-nama benda di sekitarnya. Nama-nama itu merupakan konsep primitif yang mengabstraksikan benda-benda dan terekam (melalui bunyi ataupun tulisan) dalam ingatan. Dengan nama-nama itu, manusia mampu mengasosiasikan benda dengan gagasan yang ada dalam ingatannya. Inilah potensi utama manusia -wa ja’ala lakum as sam’a wa al abshar wa al af-idah- supaya kita syukuri - la’allakum tasykuruun.

Konsep berikutnya adalah susunan nama, tepatnya susunan kata, yang biasa disebut frasa. Konsep berikutnya yang lebih kompleks disebut, berturut-turut, kalimat, paragraf, bab, buku, dan akhirnya seluruh khasanah pengetahuan. Khasanah pengetahuan itu berarti juga bahasanya. Khasanah pengetahuan yang tersusun secara sistematik disebut ilmu. Demikianlah ilmu sebagai kumpulan kalimat-kalimat yang mengandung pengertian-pengertian tertentu (ini berarti pula bahwa penguasaan bahasa merupakan prasyarat bagi pengembangan ilmu).

Susunan pengetahuan ini kemudian membentuk kesadaran manusia. Susunan pengetahuan yang keliru akan menyesatkan kesadaran manusia, sehingga manusia tidak tahu diri, menyalahgunakan diri dan lingkungannya, dan gilirannya mengembangkan potensi pengrusakan di atas permukaan bumi ini. Sebaliknya, dengan ilmu itu manusia tidak lagi merasa terlalu asing dengan alam di sekitarnya, Ia mulai -sediklt demi sedikit- mengenalinya dan mengembangkan budayanya.

Susunan pengetahuan manusia sebagaimana tersirat dalam khasanah ilmu pengetahuan umat manusia, sesungguhnya dapat dikelompokkan berdasarkan pijakan epistemologl ilmu pengetahuan (cara memperoleh pengetahuan). Hal mi disebabkan karena pijakan epistemologi menentukan kesahihan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Sepanjang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, telah tenjadi pergeseran epistimologi yang ditandai oleh, diantaranya, pergeseran pengertian ilmu. Saat ini, pengertian ilmu didefinisikan secara berbeda oIeh sains kontemporer dari apa yang telah dinyatakan oleh al-Qur’an. Sains kontemporer mendefinisikan ilmu sebagai organized body of knowledge supported by facts, organisasi pengetahuan yang disusun atas dasar fakta: rasional & empiris. Ini berarti bahwa ilmu dipahami sebagai hasih karya manusia semata­-mata. Pergeseran ini tenjadi karena perubahan paradigma (atau grand theory) yang menjadi landasan pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.


PERKEMBANGAN IPTEK & KELAHIRAN SEKULARISME
Pengembangan iptek dapat dipahami dengan memperhatikan apa yang selama inii oleh masyarakat ilmiah disebut sebagai rnetode ilmiah. Metode ilmiah hanya berlaku untuk masa normal -menurut Tho­mas Kuhn-. Masa normal ditandai oleh kemapanan paradigma, atau grand theory tertentu. Hingga pada saat itu (selama masa normal), semua gejala alam dapat dijelaskan -atau akan terpecahkan kemudian oleh sebuah teori- dengan merujuk pada grand theory tersebut. Artinya, grand theory tersebut menjadi asumsi dasar bagi teori-teori tadi.

Kemapanan paradigma ini berakhir pada saat grand theory ini tidak dapat lagi menjelaskan gejala­ -gejala baru secara memuaskan. Selanjutnya timbul masa krisis. Masa krisis ini berakhir saat ditemukannya grand theory atau paradigma baru yang dapat menjelaskan gejala tadi secara lebih memuaskan. Ini disebut sebagai pergeseran paradigma. Contoh klasik pergeseran paradigma ini terjadi pada mekanika newtonian yang digantikan oleh mekanika kuantum (einsteinian). Pergeseran paradigma ini oleh Kuhn dianggap sebagai sebuah revolusi. Melalui cara inilah iptek modern berkembang. Kelemahan mendasar pada iptek modern adalah ketidaktuntasan khasanah ilmu yang dipakainya dan metode atau cara mendapatkan pengetahuannya. Khasanah ilmu sebagai karya urnat manusia dikembangkan oleh berbagai bangsa dengan bahasa yang berbeda-beda dalarn kurun waktu yang berbeda pula. Perkembangan iptek memiliki sejarah tersendiri. Perkembangan iptek terpenting terjadi saat umat Islam menjadi ujung tombak peradaban manusia, merentang sejak sekitar abad VII sampai kurang lebihabad ke XIV (selama 700 tahun). Pada saat itu Qur’an menjadi bagian penting khasanah ilmu umat manusia. Pada saat keruntuhan peradaban Islam yang kemudian diikuti oleh zaman Renaissance, Qur’an tidak lagi diakui sebagai bagian khasanah ilmu umat manusia.

Kemudian, iptek berkembang di Eropa dengan semangat anti gereja, dikembangkan secara naturalistik aristotelian. Ilmu didefinsikan sebagai pengetahuan hasil karya manusia semata-mata. Hal mi memuncak dengan berkembangnya aliran pemikiran eksistesialisme yang memproklamirkan kematian Tuhan dan kelahiran manusia superman yang tahu segala-galanya. Ini merupakan sebagian penjelasan atas terjadinya kehancuran ekosistem kita dewasa mi, yaitu eksploitasi alam oleh manusia-manusia yang menganggap dirinya super.

Akibat proklamasi kematian Tuhan ini, manusia merasa menjadi satu-satunya subyek yang dapat memperlakukan alam sepenuhnya sebagai obyek. Pengetahuan manusia modern -baca Barat- tentang alam berkembang sangat pesat, sementara pengetahuannya tentang Tuhan menjadi sangat sedikit.
Sayang sekali, kemunduran dunia Islam diikutl oleh timbulnya cara berpikir idealisme platonian. Berbeda dengan Barat, pengetahuan ummat Islam tentang Tuhan menjadi berlebihan, sementara pengetahuannya tentang alam menjadi sedikit sekali. Pada gilirannya memicu suburnya khurofat, tahayul dst.

Dengan dua cara benpikir itulah, umat manusia mengalami sekulerisasi, yaitu pemisahan antara dunla dan akhirat, ilmu umum dan ilmu agama, dsb. Cara pandang naturalistik telah menjerumuskan manusia kepada penghambaan terhadap benda (materialisme), sementara cara pandang idealisme telah menjerumuskan rnanusia pada penghambaan terhadap sesama manusia -paus, kyai, pendeta dan penguasa­.


Keunggulan teknologi sebagai parameter kejayaan

Harus diakui dengan jujur bahwa sekarang ini dunia Islam tertinggal sangat jauh dalam aspek teknologi khususnya. Semua teknologi yang kita gunakan sekarang ini kalau yang canggih kemungkinan besar dan hampir pasti bukanlah karya dari umat islam sendiri. Umat hanya sebagai konsumen saja dengan produsen (barat) yang sangat kikir ketika diajak dalam hal transfer (kemampuan) teknologi. Bahkan karena sangat jauh tertnggal tersebut seolah-lah sudah tidak mungkin kita kejar lagi. Hasil survey menunjukan bahwa jika seluruh karya ilmiah muslim seluruh dunia disatukan dan dibandingkan dengan karya dari sebuah negara kecil (Israel) maka masih belum bisa menyamai dari sisi kuantitasnya.

Lantas apakah kita harus berputus asa ? Tidak, putus asa bukanlah akhlak seorang muslim. Kita tentu masih ingat ketika islam mencapai kejayaan dalam sains dan teknologi, ketika itu dunia eropa berada dalam masa kegelapan. Mungkin ketika itu, suasana yang sama meliputi bangsa eropa seperti kita sekarang ini, mungkinkah mengejar atau sedikitnya menyamai teknologi negara Islam ? Dan, semuanya mulai terjawab dengan periode baru perkembangan barat yang dikenal dengan nama Era Renaisance, Era Pencerahan. Era tersebut merupakan babak baru perkembangan seluruh aspek kehidupan masyarakat barat dan teknologi merupakan salah satu karya besarnya. Tentunya timbul sebuah pertanyaan besar yang harus segera kita jawab dan tindak lanjuti. Bisakah kita mencapai kembali jaman kejayaan Islam, Renaisance Islam, Moslem enlightment.



Sejarah yang harus diulang

Roger Geraudy, sorang cendikiawan Perancis yang jatuh cinta kepada Islam dalam sebuah buku “ Panji-Panji Islam” dengan penuh antusiasme dia mengatakan bahwa selama berabad-abad yang lalu dunia barat hanya bisa membanggakan satu orang jenius dalam bidang intelektual yang memiliki multidisiplin, Leonardo de Vinci. Namun dalam islam terdapat begitu banyak orang yang jenius universal dari Al Kindi sampai Ar Razi, dari Al Bairuni sampai Ibnu Sina dan begitu banyak lagi para jenius yang telah merubah wajah dunia modern.

Dalam bidang matematika, kita berjumpa dengan Al Khowarizmi yang berhasil menyempurnakan perhitungan sistimatik dalam bentuk desimal, alogaritma (Al Khowarizmi). Beliau pelopor paling jenius dalam bidang hitung menghitung, pendiri ilmu aljabar (kata aljabar diambil dad buku karangannya yang sangat terkenal sampai saat in. Ibn Tsabit bin Qouroh pada abad IX menciptakan hitungan integral dan meng­hubungkan antara geometri dengan aljabar. Al Biruni, Abul Wafa menernukan teori tentang sinus cosinus dan menciptakan secante, beberapa abad sebelum Copernicus.

Dalam bidang astronomi, dunia Barat pada waktu itu hanya mengenal satu nama Ptolerneus. Padahal dunia Islam menampilkan jagoan astronomi yang super jenial, yaitu Al Battani yang mampu menghitung enklinasi ekliptik sampai 23 derajat 35 detik.

Pada abad XIII didirikan observatorium Maragha dan direkturnya adalah seorang ahli matematik dan astronorn paling brilian yaitu Nasruddin At Toussi (120 1-1274).

Pencatatan basil pengembaraan (atau boleh dibilang karya jurnalistik), dunia Barat hanya mengenal Marcopolo. Padahal tiga abad sebelum Marcopolo rnengenal Cina, pe­dagang Arab yang bernama Sulaiman telah singgah di Canton dan disusul oleh Ibnu Batuttah. Dalam bidang geografi, peta bumi yang paling mendekati kenyataan ditemukan oleh orang Islam, seperti misalnya penemuan Idnisi yang telah mernbuat buku karangan “Kitah Raja Roger” dimana dalam buku tersebut di lengkapi dengan peta peta geografi dunia yang tingkat presisi­nya sangat tinggi.

Dalam Ilmu Kelautan kita berjumpa dengan Ibnu Madjid yang menulis buku: “Prinsip-Prinsip Pelayaran dan Aturannya “. Dan ia diberi gelar Singa Prahara karena berhasil menjadi penunjuk jalan armada Portugis yang dipimpin Vasco de Gama, yang berlayar dan Melende di pantai Afrika ke Calcutta pada tahun 1498. Vasco de Gama sendiri mengakui bahwa Ibnu Madjid adalah aset yang sangat berharga dalam ilmu kelautan khususnya dalam bidang oceanografi.

Dalam dunia kedokteran, dunia Barat justru sangat me­ngenaskan. Prestasi dalam bidang kedokteran dunia Barat pada abad tersebut, boleh dibilang nihil. Dikarenakan ajaran dan kekuasaan Gereja yang menghalangi perkembangan ilmu (masih ingat peristiwa pengucilan Galileo Galilei, Copernicus, dan lain-lain).

Pada tahun 1215, dalam Konsili Latran, Paus Innocent II membuat perintah untuk mengancarn para tabib yang mengobati orang sakit, dikarenakan orang sakit itu adalah para pendosa besar!

Karena Mental seperti ini, Fakultas Kedokteran di Paris pada waktu itu hanya mempunyai satu naskah ringkasan ilmu kedokteran. Itupun dijiplak dari hasil karya Ar Razi dan Ibnu Sina. Pantaslah, sebagai tanda tenima kasih kepada dua ihnuwan Muslim ini, di muka amphitheatre di jalan Saint Peres, Universitas Sorbone Paris, dibuatkan patungnya sebagai tanda kehormatan dan rasa berhutang dunia Barat Kristen terhadap dua tokoh Islam tersebut.

Ibnu Sina, Ar Razi adalah cendikiawan Islam. yang sangat jenius dan rnempunyai keahlian beragam serta univer­sal. Ia adalah dokter, ahli fisika, ahli theologi dan penyair. Begitu juga Ibnu Haitam (di Baral dipanggil Al Hazen) adalah jenius Muslim yang mernbuka rnata ilrnu kedokteran dengan penernuan-penemuannya, khususnya di bidang optik sebagai awal dari ekperimental sains. Roger Baccon tidak segan-segan menjiplak buku Al Hazen sebagaimana di dalarn bukunya bagian ke-5 Opus Majus, dia akui keunggulan lbnu Haitam.

Pada tahun 1000 seorang dokter ahli mata di Bagdad, Al Maswili dapat menyembuhkan katarak dengan cara menyedot cairan dengan alat jarum yang bolong. Padahal operasi semacam ini baru dapat dilakukan dunia Barat, delapan ratus tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1864 oleh Dr. Blanchet.

Ibnu Nafis menemukan sirkulasi darah, empat ratus tahun sebelum Harvey dan tiga ratus tahun sebelum Michel Servet. Ahli bedah di Andalusia, Aboul Qosim menyelidiki TBC tulang punggung, tujuh abad sebelum dilakukan oleh Percivall Pott (1713-1788).

Jangan ditanya soal koleksi buku ilmiah. Kha!ifah Al Makmun adalah raja yang menjadi pe!opor didinikannya perpustakaan dan untuk pertama kalinya di dunia, dia buat per­pustakaan dengan koleksi satu juta buku di dalam perpustakaan yang disebut namanya oleh beliau sebagai Baitul Hikmah.

Dunia Barat rnernang harus berterima kasih kepada Islam, karena mereka baru menemukan ilmu modern dan rnemasuki dunia pencerahan dan pembebasan kejumudan berpikir setelah mereka be!ajar di Universitas Castilia, Cordova Andalusia (Spanyol), kemudian di bawa ke Eropa yang pada waktu itu sedang terlelap dalam selirnut kegelapan yang berat.

Bahkan dapat kita katakan bahwa mustahil budaya modern seperti yang kita lihat sekarang ini tanpa kontribusi awal dan umat Islam. Tengok saja, berapa banyak istilah keilmuan Islam yang sampai saat ini masih dipakai, diantaranya:
1 .Matematika : Zero, Cipher, Algebra, Algoritma dll.
2.Kirnia : Chemistry, Alcohol, Alkali, Elixir dll.
3.Geografi : Azure, Zenith ,Azimuth , Maluku, Gibraltar, Climate dll.
4.Product : Cotton, Saffron, Sofa, Sherbet, Coffee dll
5.Lain-lain : Cable, Tanif, Karat, Nadir
dan masih banyak lagi istilah keilmuan maupun kernasyarakatan modern yang ditimba atau diambil alih dan zaman kejayaan Islam. Di Indonesia sendiri, kiranya para ahli bahasa dapat tergetar jiwanya karena Islam telah membrikan begitu banyak nama dan istilah kepada bangsa Indonesia, diantaranya : Adab, Daulat, Adil, Musyawarah, Wakil, Mufakat, Rakyat, dan lain-lain.

Teknologi yang perlu dikuasai

Kondisi yang tentunya kita inginkan adalah menjadi pemimpin dalam setiap bidang teknologi. Namun, tentunya kita harus menyadari kemampuan kita saat ini. Diperlukan strategi yang telah dipikirkan masak-masak untuk mengubah posisi dari tertinggal menjadi menyamai sabagai tahap awal untuk mencapai tahapan mengungguli. Tentunya kita harus menentukan bidang-bidang dimana kita bisa mengungguli negara-negara barat, dibidang mana kita cukup mengikuti perkembangannya (untuk sementara), dibidang mana kita bisa menjadi leader dengan tidak begitu sulit. Teknologi tidak hanya elektronika, komputer, telekomunikasi. Cakupan teknologi adalah sangat luas. Setidaknya sebagaimana yang ada di ITS. Ilustrasi termudah adalah sebagaimana disebutkan sebelumnya. Ada kedokteran, astronomi, fisika, geografi, dan lain sebagainya.

Teknologi strategis saat ini

Tentunya ada bidang-bidang yang memiliki posisi strategis terkait dengan kebutuhan saat ini dan beberapa tahun, bahkan puluh tahun mendatang. Dimana kita mau/tidak mau, suka/tidak suka harus turun lapangan, karena teknologi tersebut merupakan penopang bagi perkembangan bagi bidang-bidang teknologi lainnya atau setidaknya menjadi ‘kunci’ dari kemajuan/kehancuran bidang-bidang yang lainnya. Teknologi tersebut disini disebut sebagai teknologi strategis. Teknologi yang terkait dengan media massa seperti telekomunikasi dan teknologi informasi mempunyai peranan yang sangat strategis. Dalam bidang-bidang ini kita tidak terlau ketinggalan, namun untuk masalah hardware-nya (mikro prosesor, IC) kita benar-benar ketinggalan. Selain itu, teknologi yang terkait dengan persenjataan dan pertahanan keamanan baik dari yang konvensional hingga yang bersinggungan dengan teknologi atom (nuklir) memiliki posisi yang benar-benar strategis. Namun harus kita sadari juga bahwa tidak mudah untuk terjun di dalamnya, dan bukan berarti kita harus meninggalkan bidang kita yang sekarang untuk ramai-ramai terjun ke bidang teknologi strategis.

Tentu masih segar dalam ingatan kita ketika secara ‘tiba-tiba’ Pakistan memproklamirkan kekuatan militernya yang didukung oleh kekuatan rudal berhulu ledak nuklir, semua negara besar secara tiba-tiba memasang mata, telinga, dan seluruh indera lainnya ke negara (Islam) kecil itu. Suatu prestasi luar biasa.


PENGEMBANGAN IPTEK DALAM KONTEKS AMAL ISLAMI

Mahasiswa (muslim) sebagai penghuni institusi pendidikan tingkat tinggi mempunyai peranan yang strategis dalam setiap usaha mengembalikan kejayaan islam. Oleh karenanya, adalah suatu kewajiban bagi setiap insan mahasiswa muslim segera menyadari tanggung jawab besar yang diembannya. Tentunya sesuai dengan bidangnya masing-masing, sesuai dengan bakat/kempuan yang dimilikinya. Bukankah setiap tindakan/perbuatan/usaha yang dilakukan dengan niatan sebagai wujud dari pengabdian kepada Sang Khalik sesuai dengan petunjukknya merupakan bentuk amal islami/ibadah ?
Setiap kesibukan kita memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan haruslah dirasakan sebagai tugas mulia sehingga setiap langkah kita usahakan adalah langkah terbaik. Kita melakukan setiap tugas dengan seoptimal mungkin. Tentunya-sekali lagi-sesuai dengan kempuan kita masing-masing. Allah tidak akan memberikan beban yang melebihi kemampuan hambanya ( akhir Surat Al-Baqarah).

Hanya dengan kerja keras dan mujahadah kejayaan (izzah) kaum muslimin dapat bangkit kembali.

Petiklah hikmah perístiwa sejarah ini di abad kedua Hijriyah. Adalah Pangeran Retfeil dari Sajistan membangkang untuk membayar al-kharaj (sejenis pajak kepala) kepada para petugas yang dikinim oleh dinasti Ummayyah. Akibat pembangkangan itu, Dinasti Umayyahpun menyerbu wilayah itu, namun sang pangeran belum berhasil ditundukkan. Kemudian pada masa pemerintahan Yazid bin Abdul Malik, sekali lagi dinasti Umayyah ini mengirimkan delegasinya untuk meminta agar pangeran tersebut bersedia membayar al-kharaj. Dan ketika delegasi itu telah menghadap, pangeran itu bertanya kepadanya:
"Di mana orang-orang yang dulu pernah menaklukan kami? Mereka adalah orang-orang yang kempes perutnya karena lapar, memakai terombah usang dengan tanda di dahi bekas sujud?"

"Mereka telah tiada", jawab delegasi itu.

“Anda sekalian memang jauh lebih gagah dibandingkan mereka, tetapi mereka jauh lebíh memenuhi janji ketimbang anda, dan jauh lebih hebat".

Sejarah mencatat bahwa pangeran ini tetap mernbangkang membayar al-kharaj dan dia tak pernah tunduk barang sekejap pun kepada pemerintahan Islam sepanjang masa pemenintahannya.

Dalam kisah yang lain, setelah balatara Islam tiba di Iembah Yordan dan pasukan Abu 'Ubaidah tiba di Fahl, penduduk Nasrani di negeri itu menulis surat kepada tentara muslim, mengatakan "Hai kaum muslimin, kalian lebih kami sukai dari pada orang-orang Romawi kendatipun mereka itu seagama dengan kami. Kalian lebih jujur terhadap karni dan kalian lebih ramah, tidak zalim kepada kami dan lebih baik memberi perlindungan kepada kami. Mereka (orang-orang Romawi) merusak urusan kami dan merampas rumah-rumah kami". Penduduk Aleppo rnenutup pintu gerbang kota mereka untuk menahan masuknya pasukan Henaclius dan memberitahu kaum muslimin bahwa perlindungan dan keadilannya lebih mereka sukai darí pada kezaliman dan kesewenang-wenangan orang-onang Romawi.

Demikianlah perasaan penduduk negeri-negeri Syam dalam menghadapi peperangan yang berkobar dan tahun 633 hingga tahun 639 M, yaitu peperangan dimana pasukan muslim berhasil mengusir balatentara Romawi dari negeri-negeri itu secara berangsur-angsur.

Dua klsah di atas adalah cuplikan kecil dari serangkaian peristiwa besar dalam sejarah Islam. Retfiel adalah seorang yang memusuhi Islam dan musuh kaum Muslimin, bendasarkan pengamatannya dan yang ía alami telah mengemukakan kalimat yang sangat tepat dalam menggambarkan hakekat kekuatan Islam. Pangeran ini menjelaskan bahwa hakekat kekuatan utama bukan semata-mata terletak pada besarnya angkatan bersenjata dan canggih teknologi perang atau pengerahan personal secara besan-besaran, tetapi utamanya terletak pada kekuatan ruhiah dan ketinggian akhlak dan konsistensi mereka kepada ajaran al Islam.

Kekuatan inilah tidak hanya telah mampu mendobrak pintu dunia tanpa sarana material yang hebat tetapi juga telah dapat merebut hati dan orang-orang yang mendiami wilayah yang sangat Iuas. Kekuatan ini telah sirna pada masa dinasti Umayyah, sebaliknya pada masa sebelumnya balatentara muslim dibawah pimpinan Abu Ubaidah penuh vitalitas dengan kekuatan ruhiah dan akhlak yang mulia. Sementara apa penghujung abad 20 lalu kita menyaksikan negara adi daya Uni Soviet yang memiliki teknologi canggih luar angkasa terkemuka di dunia ambruk berkeping-keping, justru dari kekuatan lnternal-nya sendiri.

Ini berarti tugas kita untuk belajar dan pengembangan IPTEK sebagai wasail al hayah haruslah tetap berada dalam ajaran al-Qur'an sebagai minhaj al-hayah. Dengan semangat demikian, seorang muslim akan semakin giat dalam belajar, bekenja dan berjuang, sebab sekecil apapun pekerjaan itu ada nilainya tersendiri.


Referensi :
Waheeduddin Khan, “Agama vs Sains Modern”, 1402 H
Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 15:15





pada tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi F-15). Untuk menghadapi ancaman masa depan ini, Uni Soviet memulai program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir") yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi hasil rancangan Amerika Serikat.


Namun, spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir berat") and the LPFI (Legkiy Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir ringan"). Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat, dimana Amerika Serikat memulai program "Lightweight Fighter" yang nantinya akan menghasilkan F-16. Sukhoi OKB diberikan program TPFI.


tapi program itu tidak langsung menjadi Su-27, melainkan sebuah pesawat sayap delta T-10, yang kemudian dikembangkan menjadi T-10 S. namun keduanya tidak terlalu sukses, keduanya jatuh dalam penerbangan percobaan. versi Su 27 dan Su 27s baru digunakan oleh AU Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi. Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai aset penting angkatan udara NATO.


Su-27 adalah pesawat operasional pertama Uni Soviet yang menggunakan sistem kontrol penerbangan fly by wire , dikembangkan berdasarkan pengalaman Sukhoi OKB pada proyek Pengebom Sukhoi T-4. Sistem ini dikombinasi dengan beban saya yang relatif rendah dan kontrol penerbangan dasar yang kuat , maka menghasilkan pesawat yang luar biasa lincah, tetap mudah dikontrol walaupun pada kecepatan sanagat rendah dan susut serang tinggi. Pada pameran dirgantara , pesawat ini mampu mendemonstrasikan kemampuan manuvernya dengan aksi "patukan kobra" (Cobra Pugachev) atau pengereman dinamis - mempertahankan level penerbangan pada sudut serang 120°. Pengarah semburan jet juga sudah di uji coba dan sudah diterapkan pada model-model akhir yaitu Su-30MKI dan Su-37, memungkinkan pesawat untuk berbalik tajam dengan radius putar hampir nol, menggunakan teknik somersault vertikal ke gerakan pelurusan kembali dan mengambang terbatas dengan hidung pesawat menghadap keatas.


Versi laut dari Flanker (lebih dikenal dengan nama Su-33), menggunakan kanard untuk daya angkat tambahan, mengurangi jarak lepas landas (sangat penting untuk kapal yang beroperasi dari kapal induk tanpa sistem ketapel , Admiral Kuznetsov ). Kanard ini juga digunakan pada beberapa Su-30, Su-35, dan Su-37.



Karakteristik Pesawat:
Tipe : Pesawat tempur superioritas udara (Su-27 Flanker-B)

Produsen : Sukhoi

Pertama terbang : 20 Mei 1977

Diperkenalkan : Desember 1984

Status : aktif

Pemakai : Rusia, Aljazair, Angola, Belarusia, China, Eritrea, Ethiopia, India, Indonesia, Kazakhstan, Malaysia, Ukraina, Uzbekistan, Venezuela, Vietnam

Jumlah dibuat : 680

Harga satuan : US$35 juta

Varian : Su-30, Su-33, Su-34, Su-35, Su-37, J-11(versi buatan RRC)
Kru: Satu

Panjang: 21,9 m (72 ft)

Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in)

Leading edge sweep: 42°)

Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in)

Area sayap: 62 m² (667 ft²)

Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb)

Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb)

Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb)

Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) masing-masing


Performa

Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)

Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada ketinggian tinggi)

Atap servis: 18.500 m (60.700 ft)

Tingkat panjat: 325 m/s (64.000 ft/min)

Beban sayap: 371 kg/m² (76 lb/ft²')

Dorongan/berat: 1,085

Persenjataan1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru 8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal 6 R-27, 4 R-73

Su-27 SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27

Su-27 IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500.



sementara itu, Indonesia juga telah memiliki sejumlah pesawat tempur tangguh ini. sebanyak 6 unit yang terdiri dari type Su-27SK berpenumpang tunggal dan dua Su-30MK berpenumpang ganda kini disiagakan di Pangkalan Udara Hasanuddin, Makassar. namun sayang, karena penggunaan pesawat tempur ini masih kurang maksimal. hal ini selain dikarenakan masih sedikitnya jumlah pesawat dan belum dipersenjatai. selain itu juga terhambat oleh sistem avionik Indonesia yang masih menggunakan radar buatan Pak Lik Sam, yang notabene telah diset untuk secara otomatis melacak dan mengunci pesawat2 buatan blok timur. dengan begitu, jika sukhoi itu diterbangkan, maka akan terbaca sebagai pesawat musuh, sehingga dikhawatirkan akan tertembak oleh teman sendiri.


untuk mengatasinya, maka harus mengeset ulang sistem avionik tersebut. namun ini juga bukan perkara gampang, karena radar indonesia jumlahnya tidak sedikit dan harganya lumayan mahal juga sih. sehingga akan memakan biaya yang tidak sedikit untuk mengganti sistem avioniknya saja. belum termasuk sarana dan prasarana pendukungnya.


mungkin, akan lebih bagus lagi kalau Indonesia bisa membuat sendiri pesawat tempur, radar, amunisi, dan semua alutsista ( alat utama sistem senjata) yang dibutuhkan. waduh, maunya...


dengan begitu, kita tidak perlu kalang kabut kalau diembargo sama Pak Lik Sam lagi. betul ga? ^_^
Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 10:42

1. Pendahuluan
Wala’ adalah cinta dan mengikuti kalimat Allah, manakala bara’ adalah kebencian tau menolak selain Allah. Keduanya tumbuh di dalam mengamalkan kalimat laa ilaha illallah. Syarat-syarat diterimanya laa ilaha illallah adalah mengucapkan, memahami dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalimat syahadatain merupakan pintu gerbang menuju Islam. Kalimat tersebut terdiri dari dua persaksian. Pertama adalah persaksian kepada Allah. Kedua adalah persaksian kepada Rasulullah Muhammad SAW. Seseorang yang sekedar mengucapkan laa ilaha illallah dan menghafalnya bukan berarti ia telah mengamalkan isi kalimat tersebut, bahkan ia dapat tergelincir pada jalan yang salah.

Sedangkan syarat-syarat diterima kalimat ini adalah:
§ mengerti maksud kalimat
§ meyakini intisari kalimat hingga tidak ada keraguan sedikitpun
§ sanggup menerima konsekuensi baik dengan hati maupun lisan
§ menundukkan diri terhadap kandungan kalimat
§ selaras antara ucapan, perbuatan dan hati
§ mengucapkannya dengan ikhlas
§ mencintai kalimat ini, para pendukungnya dan sekaligus membenci hal-hal yang dapat menggugurkannya.

Wala dan bara adalah bagian dari konsekuensi mamahami laa ilaha illallah. Mencintai Allah tidaklah cukup, harus ada loyalitas sebagai konsekuensi dari cinta tersebut. Loyalitas yang dimaksud adalah bentuk dari pembelaan, pemuliaan, penghormatan terhadap wali-wali Allah dan agama Allah. Pembuktian loyalitas dilakukan seiring dengan penolakan (bara) terhadap thaghut. Kaum kafir Quraisy memahami arti dan maksud kalimat laa ilaha illallah. Karena mereka mengerti dengan kalimat itu, maka mereka enggan untuk menerima dan mengucapkan kalimat syahadat. Mereka mengetahui setelah mengucapkan dan menerima kalimat laa ilaha illallah maka akan ada konsekuensi yang harus mereka terima dimana mereka tidak bisa lagi menjalankan berbagai kebiasaan yang selama ini telah mereka lakukan.

Pengaruh ikrar laa ilaha illallah dalam kehidupan seseorang sangat besar sekali. Pengaruh dari kalimat tauhid bagi muslim adalah akan memiliki pandangan yang luas, menimbulkan kebanggaan dan kebesaran jiwa, melahirkan jiwa rendah hati, menjadikan jalan keselamatan, dijauhkan dari rasa keputusasan, mendidik manusia yang memiliki keteguhan, kesabaran dan tawakal dalam menghadapi berbagai masalah untuk mencari ridha Allah, mendorong hati untuk berani, menimbulkan kepasan jiwa, dan memiliki komitmen dan menjaga syariat Allah.

2. Pengertian Wala’ dan Bara’
§ Beberapa kata yang terkait dengan wala adalah al muwalah, maula, walayah, al wahyu, dan waliy. Al muwalah berarti seseorang yang memberi dukungan kepada satu pihak. Maula memiliki banyak arti, semua berasal dari nushrah (dukungan) dan mahabbah (cinta). Walayah adalah dukungan. Al wahyu adalah kedekatan. Waliy dapat diartikan orang yang mengurus orang lain. Definisi wala menurut istilah adalah pemuliaan, pembelaan, cinta, dukungan, penghormatan, dan bersama-sama orang yang dicintai secara lahir dan batin.
§ Definisi bara menurut bahasa memiliki beberapa arti. Bara’ dan bari’ memiliki kesamaan arti. Seseorang disebut bari’ bila ia terlepas atau bebas. Seseorang juga disebut bari’ bila ia memberi peringatan dan menyampaikan alasan. Definisi bara menurut istilah adalah bebas lepas, jauh dan permusuhan setelah adanya argumentasi dan peringatan.
§ Akar dari walayah adalah cinta dan kedekatan, sedangkan akar permusuhan adalah kebencian dan kejauhan. Wala dan bara berdasarkan cinta dan benci. Wali Allah adalah mereka yang mencintai Allah, mematuhi perintahNya, memusuhi orang yang dimusuhi Allah. Allah membenci musuh-musuhNya dan musuh rasul-rasulNya, maka wali Allah akan membenci musuh-musuh Allah dan musuh nabi-nabi Allah.

3. Contoh Wala dan Bara di Mekah
§ Rasulullah menyampaikan risalah tauhid di rumah Arqam bin Abil Arqam untuk pertama kalinya. Meskipun belum terbentuk pemerintahan, mereka yang sudah masuk Islam memberikan walanya kepada Allah dan Rasulullah SAW. Wahyu Allah yang turun satu persatu semakinmeningkatkan wala dan bara kaum muslimin. Dakwah Rasulullah secara sembunyi-sembunyi dilakukan selama tiga tahun. Kemudian Allah memerintahkan Rasulullah menyampaikan Islam secara terang-terangan setelah sebutan Islam menyebar di Mekah.
§ Menyebarnya Islam dalam masyarakat Mekah telah mengakibatkan semakinmeningkatnya siksaan terhadap kaum muslimin. Kaum muslimin diminta oleh Rasulullah untuk bersabar dan menahan diri. Kaum muslimin mematuhi seruan Rasulullah tersebut. Mereka menerima siksaan tanpa adanya sikap pengecut dalam diri mereka, malinkan karena iman kepada Allah yang sudah tertanam dan kecintaan serta solidaritas diantara kaum muslimin.
§ Periode Mekah lebih menitikberatkan hubungan non perang antara kaum muslimin dengan musuh-musuh mereka. Periode ini menuntut adanya penimbulan citra kesabaran dan ketabahan, penampakan iman yang berkesan agar kaum musyrikin bisa menerima kebenaran.
§ Al-Quran yang turun pada periode Mekah memerintahkan kaum muslimin untuk tetap memelihara hubungan mereka dengan karib kerabatnya yang masih kafir. Namun hal ini tidak berarti kaum muslimin memberikan walanya kepada kaum kafir.
§ Beberapa bentuk wala tersebut diantaranya adalah membuat isolasi perasaan terhadap lingkungan, ikatan dan tradisi jahiliyah, memalingkan diri dari orang kafir, bersabar dan menjauhi orang kafir dengan cara yang baik, menyampaikan dengan tegas kepada orang kafir bahwa agama mereka adalah bathil.
§ Kaum musyrikin yang melihat bahwa mereka yang telah masuk Islam tidak akan bisa kembali lagi kepada kemusyrikan mengajak Rasulullah untuk menyembah berhala mereka selama satu tahun dan merek aakan menyembah sembahan Rasulullah selama satu tahun pula. Allah kemudian menurunkan surat Al Kafirun. Ibnul Qayim menyatakan bahwa surat Al Kafirun adalah surat keberlepasan diri (bara’ah) dari syirik.
§ Rasulullah keluar dalam musim haji dan biasanya mendekati berbagai kabilah Arab yang datang. Pada suatu saat beliau bertemu dengan sejumlah lelaki dari Khazraj. Beliau menawarkan Islam dan membacaka Al-Quran kepada mereka. Merekapun menerima tawaran Nabi dan masuk Islam. Kemudian mereka menyebarkan Islam di tempat asal mereka (Madinah) dan mendapat sambutan luar biasa.
§ Ketika mengomentari pertanyaan dari seorang Anshor tentang pemutusan hubungan mereka dengan Yahudi dan nasib mereka setelah Allah memenangkan RasulNya, Nabi berkata, “Tidak! Akan tetapi darah adalah darah dan kehormatan adalah kehormatan (Saya sehidup semati dengan klaian). Aku dari kalian, dan kalianpun dari aku. Aku akan memerangi orang yang memerangi kalian dan aku akan berdamai dengan orang yang berdamai dengan kalian!”.

4. Contoh Wala dan Bara di Madinah
§ Ketika Nabi sudah hijrah dari Mekah ke Madinah, pekerjaaan yang dilakukan pertama adalah membangun masjid. Setelah itu nabi memepersaudarakan kaum Muhajirin dengan Anshor di rumah Anas Bin Malik. Mereka dipersaudarakan atas dasar saling membahagiakan, mereka saling mewarisi sesudah meninggal tanpa ikatan darah. Namun kemudian Allah berfirman tentang adanya larangan waris kepada ikatan bukan darah.
§ Ikatan antara Muhajirin dan Anshor adalah ikatan yang unik. Mereka saling mencintai satu sama lainnya. Ikatan yang terbentuk disebabkan karena aqidah yang sama.
§ Persaudaraan ini merupakan pilar yang membentuk konsep “umat Islam”. Umat yang didirikan bukan atas dasar nasab, warna kulit, bahasa, tanah, kebangsaan atau hubungan darah, tetapi lebih karena hubungan aqidah. Kaum mukminin saling menjadi wali bagi yang lain. Ukhuwah yang tercipta memebentuk masyarakat Islam dimana terwujud solidaritas sosial.
§ Pada periode Madinah, wala mengalami bentuk lain karena perbedaan kondisi dengan Mekah. Satu diantaranya adalah Piagam Madinah yang berisi aturan kehidupan masyarakat Madinah yang terdiri dari berbagai unsur. Adapun tiga hal penting dari ciri-ciri periode ini adalah: (1)adanya tipudaya ahli kitab terhadap Islam dan peringatan bagi kaum muslimin untuk tidak memberika walanya kepada mereka; (2) timbulnya kemunafikan dan komunitas kaum munafik; (3) penolakan (bara’) terhadap golongan ahli kitab dan kaum munafik sehingga terjadi pemisahan total antara kaum muslimin dengan musuh-musuh mereka.
§ Bara dari kaum musyrikin adalah memerangi mereka, melarang mereka memasuki masjidil haram, adanya larangan menikahi wanita-wanuita musyrikah, larangan bagi kaum muslimin untuk tinggal di lingkungan kaum musyrikin. Hal ini dapat dilihat pada QS 5:68.
§ Bara dari kaum munafik dijelaskan dengan perintah untuk berpaling dan bersikap keras dari mereka. Kemudian dilarangnya kaum muslimin menshalatkan mereka dan berdiri di atasa kuburannya. Sementara alasan mereka meninggalkan jihad tidak bisa diterima sehingga keikutsertaan mereka berikutnya tidak diterima. Disamping itu kaum mukminin diperintahkan untuk memohon ampunan untuk mereka kepada Allah.
§ Pada periode Madinah, kaum muslimin diminta untuk memutuskan hubungan kekerabatan dengan kerabat mereka yang masih kafir, musyrik atau munafik.

5. Implementasi Wala dan Bara
§ Bagaimana kaum salaf mengimplementasikan wala dan bara? Sahabat Rasulullah, Ka’ab Bin Malik bersama kedua temannya tidak mengikuti perang Tabuk. Rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk mengisolasi dan memboikot tiga orang tersebut. Pada saat demikian, Ka’ab mendapat tawaran dari Raja Ghassan untuk bergabung dengannya dengan tawaran yang menggiurkan. Namun Ka’ab menolak tawaran tersebut. Wala’ Ka’ab kepada Allah dan Rasul-Nya tetap mengemuka meskipun dikucilkan oleh kaum muslimin. Demikian juga Bara’ yang ditunjukkan Ka’ab dengan menolak ajaran Raja Ghassan.
§ Gambaran wala dan bara di zaman sekarang. Wajah dunia Islam pada hari ini menunjukkan kehinaan dan kerendahan di mata kaum kafir. Musuh-musuh Islam berhasil melakukan rekayasa sehingga kaum muslimin tidak mampu untuk mengamalkan wala dan bara seperti yang pernah dilakukan oleh generasi Islam pendahulu. Musuh-musuh Islam telah memenangkan ghazwul fikri sehingga lahir orang-orang yang berpola pikir sesuai dengan kehendak musuh-musuh Islam.

6. Cara Musuh Menjauhkan Muslim dari Wala dan Bara
§ Musuh-musuh islam melakukan upaya menguasai pendidikan dan pengajaran dalam negeri sehingga mereka dapat merubah kurikulum pendidikan sesuai dengan kehendak mereka. Disamping itu mereka juga melakukan pengiriman pelajar/mahasiswa ke negara-negara kafir untuk mengeluarkan ajaran Islam dari kehidupan kaum muslimin.
§ Orang-orang Arab muslim yang mengeyam pendidikan ala Barat, mengambil kesimpulan bahwa model pendidikan yang dipraktekkan yang bersumber dari lembaga semacam Oxford maupun Cambridge sudah menjadi sebuah jaminan untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas dan tidak melihat Islam sebagai alternatif yang juga tepat bagi berbagai pemikiran dan ilmu. Hal ini dkarenakan mereka sudah memberikan walanya kepada pihak Barat, tempat dimana mereka mengeyam pendidikan.
§ Televisi, koran, majalah, novel, film, radio dan sarana penerangan lainnya memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan mental kaum muslim secara signifikan. Target sarana ini adalah menghapuskan wala kaum muslimin kepada Islam. Media massa telah menyebarkan kekejian, menjadi pemicu masyarakat untuk melakukan dosa dan menjadi contoh tindakan kerusakan serta mampu mengubah aqidah umat.
§ Di sini terjadi gerakan penerjemahan buku-buku karya kaum orientalis maupun yang bukan dan kemudian menyebarkannya kepada umat Islam. Disamping itu ada pula penerjemahan berbagai manuskrip karya orang Islam dimana terdapat banyak kesalahan penerjemahan sehingga yang membacanya akan menerima informasi yang tidak utuh tentang buku tersebut.
§ Di samping itu, tulisan para orientalis yang berusaha memutar fakta ternyata mendapat bantahan dari sesama orientalis pula. Pengaruh tulisan orientalis terhadap muslim yang lemah umatnya berdampak besar. Apalagi bila banyak diantaranya mengajarkan kembali kepada umat Islam. Akibatnya mereka tidak memberikan walanya kepada tempat yang semestinya mereka berikan wala.
§ Aliran ini diantaranya adalah aliran kebangsaan dan nasionalisme, aliran ini menyempitkan wala dan hanya membuat wala hanya dalam ruang kebangsaan. Hal inilah yang membuat bangsa Arab terkotak-kotak setelah sebelumnya menyatu dalam kekhalifahan Utsmani.



Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 14:05

Penelitian Dr. Ahmad Khan Sameer Chouwadhary

Ketika menjejakkan kaki di kantor Dr. Ahmad Khan, perasaan saya berkata, wawancara kali ini bukanlah wawancara biasa. Perasaan ini muncul karena salam penuh semangat Dr. Ahmad Khan. Mata Dr. Khan berbinar-binar. Dia seperti sedang menekan kebahagiaan yang luar biasa. Lelaki di hadapan saya bukanlah Dr. Khan yang dikenal rekannya sebagai pria lembut dan pemalu. Dr. Khan yang ini penuh percaya diri dan tenang.






Saya mulai bertanya-tanya pada diri sendiri apakah saya tidak salah mendengar berita yang membawa saya kepadanya? Dr. Khan menuturkan, dia tidak hanya menemukan bukti tentang pengarang Al Qur’an, namun juga ‘pengarang’ manusia!

Hanya sedikit yang saya ketahui ketika melangkahi pintu lab genetik. Saya tidak mengira, saya akan menemui ilmuwan yang penemuannya akan sehebat Galileo, Newton atau Einsten. Saya pikir saya akan sekedar mewawancarai perkembangan bukunya tentang genetik dan Islam. Saya merancang pertanyaan sekitar moralitas kloning, sedikit sisipan tentang ilmu genetik , dan bagaimana menempatkan genetik dalam perspektif Islam. Bayangan saya berantakan. Saya ternganga. "Anda bercanda, kan?"

"Tidak! Subhanallah! Tidak!" Dia tertawa sangat lebar sembari menyingkirkan tumpukan kertas di mejanya. Saya menoleh pada dinding kantornya. Kalau tidak karena kaligrafi ayat kursi dan foto keluarga, dinding itu kosong. Tidak ada pertanda ruangan ini ditempati lulusan summa cumlaude dari Duke University. Walau dia ilmuwan muda yang tengah menanjak, terlihat cintanya tertumpah hanya untuk Allah dan penelitiannya. Ijasah dan penghargaan, baginya, sekedar sebentuk kertas.

Pertanyaan yang saya siapkan tidak sesuai lagi. Saya mencoba menggali bagaimana sebenarnya penemuan dan apa sesungguhnya yang dia dapatkan.

"Telah beberapa tahun sejak pendidikan doktoral, saya berpikir tentang kemungkinan adanya informasi lain selain konstruksi polipeptida yang dibangun dari kodon DNA. Setelah satu sholat Jum’at, saya mendapatkan gambaran samar. Saat itu imam membaca satu ayat dan saya mengaitkannya dengan DNA."

Dr. Khan bangkit, meraih Al Quran di rak tertingginya. Al Quran itu lecek. Kombinasi yang menarik. Ilmuwan dan pecinta kitab suci.

Dr. Khan mencium Al Quran dan membuka halaman tertentu.

"Audhu billahi min asy syatan ir-rajiim. Bismillah Ir-Rahma Ir Rahiim. Sanuriihim ayatinaa filafaaqi wafi anfusihim hatta yatabayyana lahum annahu ul-Haqq…, Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan Kami pada alam dan dalam diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran."

"Surat apa itu?"

"Fusshilat ayat 53. Kamu mungkin pernah mendengar ilmuwan non muslim bernama Keith Moore?"

"Rasanya. Bisa menyegarkan ingatan saya?"

"Keith Moore ahli embriologi. Setelah membaca Quran, dia melihat kesamaan antara penjelasan Quran dengan ilmu modern. Dari sini, bisa kita simpulkan Quran memberikan bukti kebenaran dalam diri kita. Empat belas abad yang lalu, mikroskopis belum dikenal.

Saya lantas menyadari Quran memiliki beberapa tingkatan arti. Sebagian hanya diketahui Allah.

Ketika mendengar surat itu, saya lihat ‘ayatinaa’, menggunakan kata yang sama maknanya dengan ayat Allah. Dan ‘ayatinaa’ ini ada di dalam diri manusia. Saya mempelajari genetik Saya memperkirakan ayat yang dimaksud ada dalam DNA kita."

"Spekulasi bukan?"

"Pertama kali, ya. Selanjutnya saya memperoleh petunjuk samar. Ada kemungkinan ayat Quran bagian gen manusia. Satu hal yang perlu dicatat, banyak DNA hadir tanpa memproduksi protein sama sekali. Area tanpa produksi ini disebut junk DNA atau DNA sampah. Masya Allah, ternyata area itu jauh dari makna sampah. Sebaliknya itu adalah kata dari Allah, Pencipta, tanda kebesaran Allah, bahwa Allah yang memberi nafas kehidupan kita."

"Bagaimana Anda menguji hipotesa Anda dan dengan siapa lagi Anda mendiskusikan ini?"

"Lab Gen mendapatkan proyek dari pemerintah untuk meneliti gen dan kecerdasan. Ketika ide ini muncul, kami sedang berkosentrasi pada area kromosom 19. Saya berdiskusi dengan adik lelaki saya, Imran. Imran ahli analisa sistem. Saya mengajaknya berpikir tentang cara menemukan ayat Qur’an dalam kromosom 19.

Ini pekerjaan sulit. Kami harus menemukan huruf Arab yang mungkin dibentuk dari kodon melalui sistem perlambangan dan meneliti apakah kombinasi itu menghasilkan ayat Quran.

Januari tanggal 2, pukul 2 pagi lalu kami menemukan ayat yang pertama, alhamdulillah. Audhu billahi min asy syatan ir-rajiim. Bismillah Ir-Rahma Ir Rahiim. Iqra bismi rabbika ladzi khalq. Bacalah dengan nama Tuhan yang menciptakan!"

"Ayat yang juga pertama diturunkan pada Rasulullah SAW?"

"Ya! Saya juga terkejut. Begitu kami menemukan ayat pertama, ayat yang lain muncul satu demi satu secara cepat. Sejauh ini kami telah menemukan 1/10 ayat Quran. Setelah itu tersendat. Kendalanya masih banyak gen yang belum diteliti ilmuwan.

Walaupun kami ingin menyebarkan penemuan kami secepatnya, kami harus meyakinkan kepala kami terpasang dengan benar. Beberapa pekan lalu saya berdiskusi dengan beberapa ahli genetik. Semoga penemuan ini bisa disebarluaskan musim gugur ini.

Saya yakin penemuan ini luar biasa dan saya berani mempertaruhkan karir saya untuk ini. Saya telah membicarakan penemuan saya dengan dua rekan lab saya. Percayalah, ini kali pertama Clive dan Martin (dua rekan kerja) mau berdiskusi tentang agama atau Islam. Saya juga menyurati dua ilmuwan yang selama ini sinis terhadap Islam; Dan Larhammar dari Uppsala University Swedia dan Aris Dreismann dari Universitas Berlin. Saya yakin mereka takkan sinis lagi."

"Subhanalah. Bisakah saya melihat ayat yang ditemukan itu?"

Dr. Khan menyodorkan dua halaman kertas. Yang satu dipenuhi huruf T,C,G dan A. Yang lain huruf Arab yang jelas terbaca, bahkan ‘Qaf’ dengan dua titiknya. Saya menanyakan artinya.

"Surat Al Baqarah ayat 6; bagi orang tak beriman, sama saja bagi mereka apakah kamu akan mengingatkan mereka atau tidak; mereka tak akan percaya.Halaman yang satu lagi memuat kombinasi nucleotida. Setiap tiga kode melambangkan satu huruf Arab."

Dr. Khan menarik satu kertas lagi yang memuat huruf A,T,G dan C secara vertikal untuk nucleotida pertama dan horizontal untuk yang kedua dan ketiga. "Bukan asam amino yang kita dapatkan., melainkan dua kode menghasilkan satu huruf Arab. Bahkan ada satu kodon yang melambangkan tanda berhenti ayat. Subhanallah, penemuan ini benar-benar rahmat besar."

"Apakah ada pesan untuk para pembaca?"

"Semoga penerbitan buku saya, ‘Quran dan Genetik’ semakin menyadarkan umat Islam, Islam jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa memisahkan agama dari ilmu, politik, pendidikan atau seni. Semoga non muslim menyadari, tak ada gunanya mepertentangkan ilmu dengan agama."

Saya menghirup minuman saya, menatap mata coklat Dr. Khan seksama. Saya yakin, saya insya Allah sedang menatap masa depan umat.. (Muth)
Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 11:43

“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah (kepada sesuatu)

selain kepada-Nya, dan kepada kedua orang tua hendaknya (kamu) berbuat baik. “

(QS. Al-Isra’ ;23)

Ø Pengertian
Asal kata :
Al-Birru = seluruh kebaikan
Al-Waalidaan/Al-Waalidain = ibu bapak / kedua orangtua
Secara istilah birrul walidain bermakna berbuat kebaikan kepada kedua orang tua sebanyak-banyaknya.


Ø Mengapa ?
Menurut Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyah, ada beberapa alasan kuat yang dapat memotivasi kita untuk senantiasa menjalankan birrul walidain dalam berinteraksi dengan kedua orang tua kita.

Pertama, secara fikri (akal pikiran) kedua orang tua memiliki jasa yang teramat besar atas diri kita. Teringat bagaimana seorang Ibu yang dengan bersusah payah dan kelelahan mengandung kita selama kurang lebih 9 bulan. Kemudian melahirkan kita dengan perjuangan yang begitu hebat, bahkan bukan mustahil nyawanya sendiri yang dikorbankan demi keselamatan sang anak. Juga, teringat bagaimana Ibu membesarkan kita, menyusui kita di tengah malam, memberikan dekapannya yang hangat dan memberikan jaminan keamanan ketika kita takut, mengasuh kita hingga kanak-kanak, remaja, dan sedewasa ini. Ayahpun tidak jauh berbeda, beliau dengan kerasnya membanting tulang demi tercukupinya kebutuhan kita, seringkali rasa capek, sakit, kepanasan atau kedinginan tak dihiraukan demi anak dan istrinya. Pantaslah jika dikatakan bahwa sebesar apapun perbuatan baik dan kasih sayang kita kepada mereka tidak akan bisa membayar kasih sayang kedua orang tua kepada kita.
Ada sebuah riwayat yang sanadnya berasal dari Zar’ah bin Ibrahim :
“ Sesungguhnya seorang lelaki datang kepada Umar ra, lalu berkata, “Sesungguhnya aku mempunyai ibu yang sudah tua. Dia tidak menunaikan keperluannya kecuali punggungku menjadi tunggangan. Apakah aku sudah membuatnya ridha dan bisa berpaling darinya? Apakah aku sudah menunaikan kewajibanku kepadanya? Umar menjawab, ”Belum.” Lelaki itu berkata, “Bukankah aku telah membawanya dengan punggungku dan aku telah merelakan hal itu untuknya? Umar menjawab, ”Dia telah melakukannya dan dia telah berharap agar engkau hidup dan tetap berada di pangkuannya. Namun sebaliknya, engkau berharap untuk berpisah dengannya.”
Kali yang lain, Umar bertemu dengan seorang lelaki yang membawa ibunya dengan diikat dipunggungnya dan melakukan thawaf di Baitullah, lalu berkata : “Aku membawa ibuku dan dialah yang membawa diriku diwaktu aku masih kecil. Dialah yang menyusuiku dengan air susunya beberapa kali.” Kemudian Umar berkata, “Seandainya aku bersama ibuku, kemudian aku melakukan apa yang engkau lakukan (terhadap ibumu), maka hal itu lebih aku sukai daripada onta merah.”

Kedua, Allah telah memerintahkan kepada kita untuk berbakti kepada kedua orang tua. Dalam sebuah ayat yang telah disebut diatas (17;23), menurut Abu Bakar Al-Anbari kalimat ‘Al-Qadla’ dalam ayat tersebut tidak berarti mengharuskan, namun bermakna perintah dan kewajiban.
Diantaranya dalam beberapa ayat Allah SWT telah berfirman :
“ Sembahlah Allah dan jangan sekutukan Dia dengan apapun dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua … “ (QS. An-Nisa; 36)
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada orang tuanya.” (QS. Al-Ankabut;8)
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuuat baik kepada orang tuanya yang telah mengandungnya dengan bersusah payah. “ (QS. Luqman; 14)

Ketiga, Rasulullah saw yang ma’sum telah menyuruh kita untuk selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. Beberapa hadits diantaranya :
“ Rasulullah saw berwasiat kepadaku, “Janganlah kamu durhaka kepada kedua orang tuami, sekalipun mereka memerintahkanmu untuk keluar dari keluargamu atau untuk melepaskan hartamu. “ (HR. Ahmad dalam kitab Musnadnya)
Beliau sendiri telah memberi teladan, misalnya ketika ibu susuan beliau yaitu Halimatus Sa’diyah datang kepada beliau maka beliau menyambutnya dengan hangat, dan membentangkan surban beliau untuk tempat duduknya.

Keempat, berbakti kepada keduanya lebih utama dibandingkan jihad dan hijrah. Hal ini terdapat dalam hadits : “Seorang lelaki datang kepada Nabi saw dan meminta izin untuk berjihad. Rasulullah berkata kepadanya, “Apakah kedua orangtuamu masih hidup ? Dia menjawab, “Ya” Rasulullah bersabda, “Berjihadlah kepada keduanya (berbakti kepada mereka). “ (HR. Bukhari)
Hadits lain berbunyi :” Aku bertanya kepada Rasulullah saw, “Amal perbuatan apakah yang paling dicintai oleh Allah SWT?” Rasul menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Rasul menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku berkata lagi, “ Kemudian apa lagi?” Rasul menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi) Hal ini menunjukkan keutamaan kedudukan birrul walidain. Bahkan jumhur ulama’ menyebutkan haram berjihad jika kedua orang tua (ataupun salah seorang dari mereka) melarang, tentu saja jika mereka sama-sama muslim.

Kelima, salah satu buah dari birrul walidain adalah sebuah hadits Rasulullah saw yang berbunyi : “Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, maka berbahagialah dia dan Allah akan menambah umurnya.” (HR. Al-Hakim)
Ø Kewajiban Anak Kepada Orang Tua
1. Berbuat baik kepada kedua orang tua (4;36, 31;14), meskipun mereka non muslim
2. Mendoakan mereka (17;23-24)
3. Mengatakan yang baik-baik kepada mereka & tentang mereka (17;23-24)
4. Tidak membangkang perintah/keinginan mereka (selama tidak melanggar syariat)
5. Merendah dihadapan mereka (17;23-24)
Kisah menarik disuguhkan oleh Imam Hanafi yang konon sangat patuh kepada sang ibunda. Namun dalam hal fatwa, sang ibunda tidak mau mendengarkan/tidak mempercayai fatwa tersebut jika didengar langsung dari anaknya. Maka tak ayal, ketika sang Ibu bertanya tentang sesuatu kepada Imam Hanafi, dan dijawab oleh sang Imam namun tidak memuaskan hati sang ibu, bahkan sang ibu menyuruh Imam Hanafi untuk menanyakan tentang hal itu kepada seorang Syaikh. Imam Hanafi pun pergi menjumpai Syaikh yang dimaksud, setelah diutarakannya maksudnya, sang Syaikh bingung. Sebab ia merasa Imam Hanafi dapat memberikan jawaban yang lebih tepat dibandingkan dia. Maka Imam Hanafipun memberitahu sang Syaikh fatwa darinya, dengan pesan sponsor untuk tidak memberitahukan hal ini kepada ibunya. So, jadilah Ibunda Imam Hanafi mengetahui jawaban masalahnya melalui Syaikh bukan melalui anaknya sendiri, yang notabene lebih faqih/faham.
6. Mengajak mereka kepada kebenaran dengan cara yang baik/ahsan
7. Mengorbankan harta demi kemaslahatan mereka Al-Hasan ditanya oleh seseorang tentang berbakti kepada orang tua, lalu ia berkata, “Hendaklah kamu korbankan apa yang kamu miliki dan menaati mereka selama bukan maksiat. “
8. Berbuat baik terhadap teman-teman mereka Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berbunyi :”Sebaik-baik perbuatan adalah bahwa seseorang menjaga hubungan dengan teman-teman ayahnya dan menghormati mereka.” (HR. Muslim)
9. Menjaga hubungan baik dengan kerabat mereka
Seseorang bertanya kepada Nabi saw, “Wahai Rasulullah, adakah perbuatan baik yang bisa saya kerjakan setelah orang tua saya meninggal?” Beliau menjawab, “Ya, ada empat hal : berdoa dan memohonkan maaf untuk mereka, memenuhi janji-janji mereka, menghormati teman-teman mereka, dan memelihara hubungan baik dengan kerabatmu, sebab kamu tidak memiliki kerabat melainkan melalui mereka.” (HR. Bukhari)

Maroji’ :
1. Birrul Walidain wal Silaturrohim, Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyah, Pustaka Progressif, 1993, Surabaya.2. Menjadi Muslim Ideal, Dr. Muhammad Ali al-Hasyimi, Mitra Pustaka, 1999, Yogyakarta.
Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 10:45
Labels: ,

Makna Syukur Nikmat
Syukur secara bahasa adalah berterima kasih. Menurut istilah syukur adalah memberikan pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan sesuatu yang telah dibeikan kepada kita berupa perbuatan ma’ruf, dalam pengertian tunduk dan berserah diri kepada-Nya.


Pentingnya Syukur Nikmat:


• Syukur adalah wasiat pertama yang disampaikan Allah SWT kepada manusia. Setelah manusia mampu berpikir, Allah memerintahkannya untuk bersyukur kepada-Nya dan kepada kedua orang tuanya [31:14, 2:172, 17:3, 27:19].

• Allah memberikan pujian kepada hamba-Nya yang tidak pernah lalai dalam mensyukuri nikmat-Nya [6:53, 3:145].
• Akan menambah kuatnya iman dan kenkmatan [14:7]
• Allah tidak akan menyiksa orang-orang mukmin yang senantiasa bersyukur [4:147]
• Allah tidak menyukai orang yang mengkufuri nikmat dan mencela orang-orang yang tidak pandai mensyukuri nikmat [2:152, 100:6, 76:3-4]. “Hendaklah tiap orang dari kalian berhati yang bersyukur dan lisan yang selalu mengingat...”(H.R. Turmudzi dan Ibnu Majah). Sesungguhnya Allah ridha kepada seorang hamba yang setiap makan dan minumnya memuji Allah (atas karunia yang diberikan Allah kepadanya).
Cara Bersyukur:
1. Syukur yang dilakukan dengan hati (Syukru Qalbiy). • Yaitu mengakui nikmat-nikmat Allah dan mencintainya. “Mengingat kenikmatan akan berpengaruh (membekas) pada kecintaannya kepada Allah Azza wa Jalla.” (H.R. Abu Sulaeman al-Washitiy)
2. Syukur yang dilakukan oleh lisan (Syukru Lisan). Yaitu memuji kepada-Nya dan atas anugrah ynag dilimpahkanNya [93:11]. Selain itu mempunyai kesadaran untuk menyatakan bahwa nikmat itu datang hanya dari sisi Allah [16:53]
3. Syukur yang dilakukan oleh anggota badan (Syukru Jawarih), • Yaitu dengan menggunakan anggota tubuh/melakukan aktivitas dalam rangka tunduk kepada-Nya yang ditujukan hanya untuk memperoleh keridhaan-Nya. Juga dengan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan serta mempersembahkan dan menundukkan kenikmatan yang dilimpahkan Allah untuk menaati-Nya dan memperoleh keridhaan-Nya Bersyukur kepada Allah harus tercermin dalam hati, lisan dan anggota tubuh, karena dengan hati itulah kita merasakan, mengetahui, menyambut dan membicarakan nikmat-nikmat Allah.
Nikmat bisa berubah menjadi Naqmah (siksaan) Nikmat bisa menjadi naqmah karena berbagai perkara, antara lain: 1. Jika kita melakukan kemaksiatan dan berbuat dosa, yaitu membalas nikmat Allah dengan hal-hal yang dimurkai-Nya [30:41, 4:39].
2. “Seorang hamba pada hari kiamat tiada melangkahkan kedua kakinya, sehingga ditanyakan kepadanya empat perkara, yaitu tentang umurnya dihabiskannya untuk apa, tentang ilmunya diamalkan untuk apa, tentang hartanya darimana diperolehnya dan untuk kepentingan apa dihabiskan, serta masa muda dihabiskan untuk apa.” (H.R. Tarmudzi).
3. Meyakini bahwa anugrah yang dimilikinya bukan dari Allah tapi atas usahanya sendiri atau dari selain Allah [28:78, 16:53-54,84].
4. Sikap sombong, merasa diri lebih mampu dari orang lain sehingga ia mnecela orang lain dan membangga-banggakan apa yang di milikinya baik harta, sawah ladang, ilmu, atau kedudukan [104:1-3]
5. Tidak menunaikan hak-hak Allah.
6. Bila kita memiliki ilmu walaupun sedikit, hendaklah tetap kita ajarkan kepada orang lain. Bila kita mempunyai harta walaupun sedikit, hendaknya kita infakkan, karena dalam harta itu ada hak-hak orang lain [70:24-25]

REFERENSI Royyad al-Haqil, Mensyukuri nikmat Allah, GIP.
Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 10:37
Labels: ,

1. Gambaran Fenomena Futur

Seseorang mempunyai kecenderungan terhadap sesuatu yang sebenarnya kurang utama. Pada akhirnya ia mulai melepaskan diri dari sesuatu yang hakikatnya lebih patut diutamakan. Sebagai contoh adalah muslim yang berusaha memelihara diri dari terkena najis, namun ia tidak memelihara diri dari ghibah.

Seseorang yang memfokuskan perhatian pada forum perdebatan akal dalam memerangi syubhat (keraguan) dan sangat mengandalkan suatu predikat ilmiah saja melebihi sikap semangat dan itu bergerak dalam dakwah.

Melakukan sesuatu yang mubah (dibolehkan) secara berlebihan dan melewati batas. Ibnu Taimiyah mengatakan, ketika menjawab pertanyaan muridnya, Ibnu Qayyim, bahwa orang-orang yang berdedikasi tinggi tidak melakukan sebuah perkara yang mubah.

Seseorang senantiasa mengalami keragu-raguan dalam tindakannya. Kemudian ia akan mengalami penurunan semangat dan selanjutnya cenderung bermalas-malasan hingga lamban bergerak. Dalam hadist dinyatakan bahwa tidaklah suatu kaum suka memperlambat sampai Allah menjadikannya lambat.

Seseorang merasakan kekasaran dan kesesatan hati. Ruhaninya yang lemah menyebabkan hatinya kesat. Jika kondisi ini dibiarkan terlalu lama, maka ia akan menjadi terbiasa, dan selanjutnya hatinya mati.

Seseorang merasakan segan untuk menjalankan perbuatan baik dan beribadah. Ia akan meremehkan nilai dan praktek ibadah.


2. Faktor Eksternal penyebab Futur

A. Godaan Tribulasi
Tribulasi atau penyiksaan fisik merupakan alat pembersih paling efektif dan penguji paling berhasil. Banyak orang yang hilang dari kegiatan Islamnya akibat mendapat siksaan fisik. Tribulasi akan selalu terjadi dalam setiap kehidupan. Hal ini dapat dilihat pada QS 29:1-3, 10-11, 47:31, 33:22-23’ 3:186.

B. Godaan Keluarga
Hal yang sulit untuk bisa terbebas dari tekanan keluarga, karena kekhawatiran kalau anak-anak mereka mengalami penderitaan. Tak jarang orang tua menganjurkan anaknya untuk menjauhi jalan Islam dengan mendorong melakukan hal-hal maksiat. Ada pula yang mennentang aktivitas anak-anaknya secara terang-terangan. Hal ini dapat dilihat dalam QS 9:24, 19:41-46. Pada zaman Rasulullah SAW, salah seorang yang memiliki kisah serupa dalah Mushab bin Umair yamg mengalami tekanan dari ibunya.

C. Godaan Lingkungan
Seorang muslim yang dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung dilaksanaknnya nilai-nilai Islam, namun semasa kuliah atau bekerja di tempat yang memiliki lingkungan didominasi daya tarik jahiliyah, akan mudah terpengaruh. Ia akan mampu bertahan atau sebaliknya justru akan terbawa arus.
Faktor-faktor yag menyebabkan seseorang bisa dikalahkan oleh tekanan lingkungan diantaranya adalah kemungkinan dasar pembinan yang tidak benar, komitmen berIslam yang lebih didorong oleh rasa malu, taklid dan ikut-ikutan dan bukan berdasr pada kesadaran,kepahaman, dan keimanan, dan di lingkungan keduanya ia meninggalkan lingkungan Islami dan teman seperjuangan, lalu bergabung dengan lingkungan jahiliyah serta mendapatkan teman yang buruk akhlaqnya.

D. Godaan Gerakan Destruktif
Gerakan ini selalu muncul dan bekerja keras dalam menyebarkan keraguan. Gerakan destruktif mampu mempesonakan orang yang melihatnya sehingga membutakan mata. Gerakan ini diantaranya ada yang memfokuskan pada bidang aqidah dan mampu menimbulkan citra bahwa dialah yang memiliki kemampuan di bidang ini. Gerakan ini bekerja merusak akal pikiran, memandulkan peran dan meracuni dunia aktivis Islam.

E. Godaan dari Figuritas
Ketokohan menjadi sumber fitnah dan pintu masuk syaitan ke dalm jiwa mereka yang menjadi figur. Hal ini dialami iblis yang kemudian mengalami nasib buruk kelak di akhirat. (QS 7:12).

3. Faktor Internal Penyebab Futur

A. Karakter Tidak Disiplin
Watak ini disebabkan dua kemungkinan, yaitu tidak siap menerima beban-beban tugas struktural dan enggan meleburkan diri dalam bangunan jamaah karena khawatir pendapatnya tidak akan diterima.

B. Cinta Dunia
Sikap seperti ini akan berpengaruh sangat besar dan mendalam. Ia dapat membuat orang berfrustasi dan melemahkan jiwa. Ini menjadi pintu bagi syaitan untuk memasuki jiwa orang-orang beriman. Ketakutan, ancaman dan angan-angan kosong merupakan tipu daya syaitan yang dilakukan terhadap orang yang bersikap seperti ini. Hal ini dapat dilihat dalam QS 4:120, 3:168,175, 48:11, 62:6-8, 29:10-11.

C. Berlebihan Beragama
Seseorang yang tidak meneriam sikap moderat, membebani diri melebihi kemampuannya, dan bersikeras untuk berlebih-lebihan dalam segala hal kelak akan mengalami frustasi kejiwaan dan keimanan. Hadist riwayat Ahmad dan Nasa’I menceritakan binsanya orang-orang yang bersikap berlebihan dalam agama. Sesungguhnya dalam syariat terdapat kewajiban yang tidak dapat ditawar (‘azimah) dan beberapa keringanan (rukhash)

D. Menganggap Ringan
Orang yang menganggap enteng komitmen pada hukum-hukum syariat, mempermudah pelaksanaan hukum Allah SWT dan akan termotivasi untuk melonggarkan sikap pada satu masalah dalam hal yang kecil pertama kali, dan berlanjut pada hal-hal yang besar.

E. Senang Dipuji
Penyakit ini dapat menghancurkan jiwa, menghapus pahala, merusak amal, dan mencelakai diri pelakunya. Orang yang demikian tidak mampu mengenali hakikat diri mereka sendiri. Orang seperti ini harus mendapat teguran keras agar terbangun.

F. Cemburu
Perbedaan kemampuan, produktivitas, prestasi, tingkat sosial-ekonomi dapat menjadikan seseorang menjadi cemburu buta terhadap orang lain. Bahkan bisa berpengaruh terhadap mental, misalnya memaksakan diri melebihi kemampuan atau menjadi pendendam.

G. Terpancing Menggunakan Kekuatan
Penggunaaan senjata atau kekuatan oleh individu dapat berakibat buruk bagi organisasi atau pergerakan. Penggunaaan yang tidak memenuhi kaidah syariat akan menimbulkan hasil yang kontraproduktif.
Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 09:29

Ajaran Islam telah lama menunjukkan cahaya kebajikannya untuk menerangi kehidupan umat manusia. Islam menorehkan sejarah (hingga saat ini dan masa-masa yang akan datang) dengan tinta emas kemulyaan ajaran-Nya. Tak terhitung lagi pengakuan dengan intan permata tentang tingkah laku (akhlak) yang baik. Dari kondisi aman hingga perang besar, dari anak-anak hingga yang tua, dari siang hingga malam, perjalanan Islam tak pernah lepas dari ketinggian akhlak, keluhuran budi, keindahan krama, kemulyaan jiwa. Karena memang akhlak ditempatkan dalam posisi yang sangat tinggi. Dengan akhlak kita bisa mengetahui jati diri seseorang. Bak sebuah kendi air yang hanya akan mengeluarkan/memuntahkan apa-apa yang ada didalamnya, bila didalam berisi air keluarlah air, bila kopi keluarlah kopi, dan bila susu maka susulah yang akan keluar darinya. Kita tidak pernah dapat melihat sebelumnya isi dari kendi namun kita bisa melihat apa yang dikeluarkannya. Begitulah akhlak.



PENGERTIAN AKHLAK
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab “ Akhlaaq”, bentuk jama’ dari kata “Khuluk” yang berati tabiat, watak, perangai, dan budi pekerti. Al Ghazali memberi batasan sebagai berikut : “Khuluk adalah hal ikhwal yang melekat dalam jiwa, darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan diteliti”. Jadi akhlak ada dua macam akhlak baik dan akhlaq buruk. Tentunya dibutuhkan parameter atau ukuran-ukuran akhlak itu dikatakan baik atau buruk. Dari sini timbul pertanyaan tentang sumber-sumber akhlak.


SUMBER-SUMBER AKHLAK
Rasulullah saw diutus dengan tugas menyempurnakan budi pekerti dan membina akhlak, seperti dinyatakan dalam hadist: Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR Bukhori dalam adab Al Mufrad). Perilaku Rasulullah saw sendiri berpola pada wahyu Allah yaitu Al Qur’an. Aisyah ditanya mengenai akhlak Rasulullah, “ Sesungguhnya akhlak Rasulullah itu adalah Al Qur’an “(HR Muslim). Hadist tersebut menunjukkan bahwa Al Qur’an merupakan sumber utama dan pertama bagi akhlak. (QS 68:4). Selanjutnya selain Al Qur’an, sumber lainnya adalah Sunnah Rosul. Manusia juga mendapatkan karunia dari Allah berupa hati nurani yang dapat membedakan antara hal-hal yang baik dan yang buruk, sebagai mana diriwayatkan dalam Hadits Nabi riwayat Ahmad bahwa pada suatu hari seorang sahabat bernama Wabishah bertanya kepada Nabi tentang al-birr (kebaikan) dan al-itsm (dosa, keburukan), yang kemudian diberi jawaban oleh Nabi SAW : “Hai Wabhisah, bertanyalah kepada hati nuranimu sendiri: kebaikan adalah sesuatu yang jika kau lakukan jiwamu merasa tenang, hati nuranimu pun merasa tenteram, sedang keburukan adalah sesuatu yang jika kau lakukan jiwamu bergejolak dan hati nuranimu pun berdebar-debar, meskipun orang banyak memberi tahu kepadamu (lain dari yang kau rasakan)”.


HATI NURANI SEBAGAI SUMBER AKHLAK
Hati nurani sebagai sumber akhlak menimbulkan pertanyaan tersendiri dari aspek terjamin tidaknya sebab dalam diri manusia juga terdapat hawa nafsu yang memiliki potensi besar membawa kearah keburukan, sebagaimana ditegaskan dalam Surat Asy Syam ayat : 7 –10 yang mengajarkan : Artinya :“ Demi jiwa dan yang menyempurnakannya : (Allah) mengilhamkan padanya (jalan) kejahatan dan kebaikan: sungguh berbahagialah orang yang mensucikannya, dan sungguh gagallah orang yang mengotorinya”.


Jadi agar hati nurani selalu hidup, suaranya harus selalu nyaring terdengar, pemiliknya harus selalu menyucikan jiwanya, mendekatkan diri kepada Allah. Hati nurani yang selalu hidup sajalah yang dapat menjadi sumber nilai akhlak sebagaimana yang diajarkan dalam hadist di atas.


Tidaklah cukup hanya mengetahui makna akhlak yang baik dan akhlak yang buruk tetapi yang penting adalah mengamalkan dan mempraktekkan akhlak yang mulia. Mempelajari akhlak tidak cukup dengan iImu melainkan hasil pembinaan dan latihan yang terus menerus (istimroriyyah). Membentuk akhlak yang baik tidaklah cukup karena bisa atau mampu tetapi mesti karena biasa (habit/kebiasaan). Akhlak yang baik bukan hanya kata-kata yang indah, menarik dan menyenangkan orang yang dikemas dengan gaya retorika yang memukau, melainkan harus disertai keikhlasan. Jika tidak demikian, akhlak tersebut akan menjadi tipuan dan rayuan yang berbahaya.


Posisi akhlak tidak seperti halnya kesenangan atau keme¬wahan. Tetapi, akhlak adalah nama dari suatu prinsip hidup. Islam telah menyebut¬kan satu demi satu semua kebajikan dan prinsip-prinsip akhlak, di samping telah menganjurkan para pengikutnya untuk menjadi¬kan akhlak sebagai bagian dan kehidupannya. Jika kita mengum¬pulkan semua ucapan Nabi Muhammad saw. tentang betapa pen¬tingnya watak akhlak yang baik, maka berjilid-jilid buku harus disiapkan, tidak terhitung jika dikaitkan dengan ucapan-ucapan yang harus diperbaiki. Sebelum kita menyebutkan kebaikan-kebaikan itu satu per¬satu, dan pernyataan yang lebih detail, akan lebih baik jika kita kutip beberapa contoh yang memperlihatkan betapa kuat dan kesungguhan Islam dalam memperhatikan watak akhlak yang baik bagi umatnya. Usamah menyatakan, “Kami tengah duduk-duduk bersama Rasulullah saw., begitu heningnya sehingga tak seorang pun ber¬usaha untuk membuka pembicaraan. Tidak berapa lama, seseorang telah datang dan bertanya, di antara hamba Allah, siapakah gerangan yang paling dikasihi, ya Rasulullah? Rasulullah saw. menjawab, “Seseorang yang mem¬punyai akhlak terbaik!” (Ibnu Hiban).


Hadits lain mengatakan, mereka bertanya, Apakah yang ter¬baik yang diberikan kepada manusia? Rasulullah saw. menjawab, “Karakter akhlak terbaik.” (at-Tirmidzi)
Rasulullah saw. bertanya, “Muslim manakah yang paling ber¬takwa?” Rasulullah saw. menjawabnya sendiri. “Orang yang memiliki akhlak terbaik.” (ath-Thabrani)


Abdullah bin Anwar mencenitakan sebagai berikut:
Saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Haruskah saya mengatakan siapakah di antara kalian yang paling mendekatiku dan pada hari pengadilan kelak paling dekat denganku?” Beliau mengulangi pertanyaan tersebut sampai dua atau tiga kali. Orang¬-orang kemudian mernohon agar Rasulullah saw, menerangkan tentang orang-orang yang dimaksud. Kernudian Rasulullah saw. menjawab, “Dialah di antara kalian yang paling berakhlak. “(Ahmad)
Dalam hadits lain, Nabi Muhammad saw. bersabda:
“Pada Hari Pembalasan tidak ada yang lebih berat timbangan¬nya danipada akhlak yang balk. Allah tidak menyukai orang yang berkata keji, dan orang yang membawa akhlak yang baik akan mencapai derajat orang yang melaksanakan shalat dan menjalani shaum karena akhlaknya itu. “(H.R. Imam Ahmad).


Tidak ada yang mengejutkan jika ajaran ini datang dan seorang ahli filsafat yang sangat sibuk mengkampanyekan pembaruan akhlak. Tetapi, kejutan terbesar karena ajaran ini datang dari se¬orang yang berusaha keras menegakkan suatu ajaran keimanan yang baru, sementara agama lain mengalihkan perhatian hanya terhadap bentuk-bentuk penyembahan dan pemujaan. Rasul terakhir telah berseru kepada umatnya untuk melakukan berbagai bentuk ibadah dan juga menegakkan suatu pemerintahan yang ter¬bentuk dalam perjuangan dan pertempuran-pertempuran yang panjang dengan sejumlah musuh. Di samping itu, meluaskan ajaran dan meningkatkan berbagai tugas dan para pengikutnya. Rasulul¬lab saw. menyampaikan suatu fakta bahwa pada hari akhirat kelak, tak ada timbangan yang paling berat kecuali watak akhlak yang paling baik. Realitas ini tidak disembunyikan, bahwa di dalam Islam, nilai akhlak sangatlah tinggi.


Rasulullah saw. menekankan secara sungguh-sungguh pninsip yang tak ternilai, sehingga umatnya akan mengerti dengan jelas bahwa nilai-nilai akhlak tidak akan berubah.Anas mencenitakan sebagai berikut: Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Seorang hamba sahaya dapat rneningkat derajatnya dengan cara berkelakuan yang baik, jujur untuk selamanya, walaupun ía lemah atau kurang dalam melakukan ibadah. Tetapi jika ia berwatak kasar, maka ía akan dicampakkan ke dalam neraka jahanam yang paling dalam”. (Ath-Thabrani)
Abu Hurairah telah menukil ucapan Rasulullah saw. sebagai berikut: “Kemuliaan seorang Mu’min ditentukan oleh ketaatannya akan agama, tenggang rasa adalah intelegensinya dan keturunannya adalah watak yang baik.” (al-Hakim)


Untuk menyuburkan dan mengembangkan akhlak yang baik di antara para pengikutnya, maka sang pemimpin harus berakhlak lebih baik dibandingkan para pengikutnya. Rasulullah saw. adalah contoh teraik dan akhlak mulia yang harus diteladani, yang memang ia serukan kepada umatnya. Sebelum Ia menasihati agar berakhlak baik dalam peri kehidupan, beliau telah menaburkan benih-benih akhlak yang luhur dengan cana melakukannya sendiri.


Abdullah bin Umar berujar, “Rasulullah saw. tidak pernah berbuat kasar dan bersikap buruk. Beliau selalu bersabda bahwa orang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak terbaik.” (Bukhari)
Anas mengatakan, “Saya mendampingi Rasulullah saw. selama 10 tahun. Beliau tidak pernah berkata “uh” (ungkapan tidak senang) dan tidak pernah bertanya kepadaku mengapa saya ber¬buat ini atau itu.” (Muslim)


Juga diriwayatkan olehnya, “Ibuku selalu mencium (merangkul) tangan Rasulullah saw., kapan pun ia inginkan. Jika seseorang datang kepadanya dan berjabat tangan, Rasulullah saw. tidak pernah melepaskannya sampai orang tersebut melepaskan genggamannya, dan beliau tidak pernah memalingkan mukanya dan seseorang, sebelum orang tersebut memalingkan atau menundukkan muka. Dan dalam suatu pertemuan, beliau tidak pernah tampak bersila sehingga lututnya Iebih ke depan dibandingkan yang lainnya.” (at-Tirrnidzi)


Siti ‘Aisyah berkata, “Jika ada dua alternatif yang harus dipilih Rasulullah saw., (maka beliau) akan rnemilih alternatif yang paling mudah, asal tidak ada dosa dalam alternatif tersebut. Jika ada pekerjaan yang mengandung dosa, maka beliau akan menjauhinya sejauh-jauhnya.”
Rasulullah saw. tidak akan pernah menentang seseorang secara pribadi. Jika perintah Allah dilanggarnya, maka beliau akan sangat murka. Rasulullah saw. tidak pernah memukul dengan tangannya, tidak terhadap istri-istrinya, tidak pula terhadap pelayannya. Memang, beliau selalu bertempur dalam suatu peperangan di jalan Allah. (Muslim)


Anas menuturkan sebagai berikut: “Ketika saya sedang berjalan dengan Rasulullah saw., beliau terperangkap cadar yang tebal di tubuhnya. Seorang Arab menarik cadar tersebut terlalu keras, sehingga bahunya terlihat olehku: saya sangat tersinggung karena¬nya. Si Arab tersebut kemudian berkata, “Ya Muhammad, berilah aku bagianku dan kekayaan yang diberikan Allah kepadamu.” Rasulullah saw. berpaling padanya dan tertawa, kemudian beliau memerintahkan aku agar memberikan sumbangan padanya”. (al ¬Bukhari)


Siti ‘Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah saw. pernah ber¬kata, Allah adalah Maha Pemurah, Dia menyukai kemurahan dan memberikan ganjaran atas kemurahan itu, dan tidak untuk keba¬likannya (kekasaran). Tetapi lebih dari itu, sejumlah ganjaran tidak beliau berikan untuk sesuatu. (Muslim)
Menurut hadits lain diceritakan sebagai berikut; kelembutan dalam hal apa pun akan menjadi indah karenanya, dan jika kelem¬butan dicampakkan, jadilah jelek karenanya.
Jarir menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:“Imbalan atas kelembutan hati tidak Dia berikan untuk kebodoh¬an; Manakala Allah menghendaki seorang budak menjadi kekasih¬Nya, Dia berikan kelembutan. Keluarganya yang menerima kelem¬butan ini akan memperoleh kebajikan.” (ath-Thabrani)
Abdullah bin Hanits telah meriwayatkan bahwa Ia tidak pernah melihat orang lain yang lebih banyak tersenyum dibandingkan Rasulullah saw. (at-Tirmidzi)
Siti ‘Aisyah pernah ditanya tentang apa yang diperbuat Rasu¬lullah saw. selama beliau berada di rumahnya. Siti ‘Aisyah men¬jawab, Beliau selalu dilayani orang-orang di rumahnya, dan jika tiba saatnya shalat, beliau selalu menganibil air wudhu’ dan pergi ke luar untuk shalat. (Muslim)
Anas telah menuturkan, “Rasulullah saw. adalah orang terbaik di antara seluruh manusia. Saya mempunyai seorang kakak angkat yang bernama Abu Umair. Ia mempunyai penyakit yang disebut naghir. Rasulullah selalu membesarkan hatinya dan menyapanya, “Wahai Abu Umair, apa yang terjadi dengan “naghirmu?” (al-Bukhani)


Dan kebiasaan dan perilaku Rasulullah saw., salah satu yang paling terkenal adalah ia benan-benar seorang philantropik, yaitu mencintai kemanusiaan. Beliau tidak kikir dalam segala hal. Beliau sangat pemberani dan besar hati. Beliau tidak pernah berpaling di dalam kebenaran. Beliau mencintai kebenaran dan keadilan. Dalam setiap mengambil keputusan, beliau tidak pernah licik dan menim¬bulkan ekses atau tidak adil. Dalam seluruh kehidupannya, beliau selalu benar, jujur, dan terpercaya.


ASPEK-ASPEK AKHLAK

Melihat sekian banyak contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak meliputi segala hal. Seluas ajaran Islam itu sendiri. Akhlak yang tinggi bukan hanya ditujukan kepada sesama umat Islam, tetapi meliputi segala hal. Akhlak kita kepada Allah, Rosul, diri sendiri, keluarga, orang tua, anak, teman, tetangga, makhluk hidup yang lain, lingkungan, dsb. Berikut ini beberapa aspek akhlak :


1. Akhlak terhadap Allah. Secara garis besar disebutkan bahwa manusia dan jin diciptakan untuk beribadah kepada Allah (Q.S. 51 : 56). Beribadah kepada Allah berciri tunduk, taat , dan patuh atas dasar cinta kepada Allah dalam segala aspek kehidupan. Melaksanakan hidup sesuai dengan petunjuk yang diberikan Allah.


2. Akhlak terhadap Rasulullah. Akhlak kita terhadap Rasulullah akan sendirinya kita ketahui, pahami, dan selanjutnya kita amalkan bila kita telah mengenalnya (ma’rifat). Diantara akhlak utama kepada junjungan kita tersebut adalah membenarkan apa yang dibawa, taat kepada apa yang diperintahkan, menjauhi apa yang dilarang.


3. Akhlak terhadap Diri. Akhlak terhadap diri atau pribadi merupakan pemenuhan kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri. Hak-hak jasmani dan ruhani harus dipenuhi. Memberikan makanan dan minuman yang halal dan baik , berolahraga dengan teratur, istirahat dengan cukup adalah beberapa hal yang terkait dengan akhlak terhadap jasmani kita. Menuntut ilmu, aktif di kajian-kajian islam, dzikir merupakan beberapa contoh pemenuhan kebutuhan rohani.


4. Akhlak terhadap Manusia. Lemah lembut dan kasih sayang (QS Al Maidah(5) : 54) terhadap sesama muslim serta bersikap tegas kepada orang kafir (QS Al Maidah(5) : 51) merupakan akhlak penting ketika bergaul dengan makhluk sesama manusia. Namun tentunya masih banyak lagi yang harus kita perhatikan. Tentunya ada perbedaan antara berakhlak kepada ayah, ibu, adik, teman, tetangga, dan istri. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Adalah sangat tidak tepat kita berakhlak kepada orang tua disamakan akhlak kita kepada adik atau teman kita.


5. Akhlak terhadap Lingkungan. Akhlak terhadap lingkungan tidak hanya terkait dengan pemanfaatan potensi sumber daya alam, dimana didalamnya terkait dengan masalah eksplorasi, pelestarian dan pengembangan sumber daya alam. Namun juga akhlak kita terkait dengan masalah interaksi sosial, hubungan kemasyarakatan. Seperti kita selaku mahasiswa dengan lingkungan disekitar tempat kita tinggal (kost). Kepedulian terhadap lingkungan dimana kita berada menunjukkan akhlak kita kepadanya. Bukankah orang yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat bagi lingkungannya.


6. Akhlak Profesi. Yang dimaksudkan disini adalah pedoman-pedoman akhlak yang ditujukan kepada pemegang pekerjaan di bidang tertentu dalam tingkat apapun. Semua aktivitas profesi harus dan pasti mempunyai nilai-nilai etik (kode etik). Misalnya dokter, dosen/guru, pegawai negeri, pengacara, hakim dan sebagainya. Allah dalam An-Nahl ayat 90 memerintahkan agar orang berbuat adil dan ihsan. Yang berarti menjalankan profesi dengan ikhlas, jika haknya memang menerima imbalan jasa hendaklah menuntut yang menjadi haknya. Motif kerjasama dan tolong menolong hendaknya mendasari setiap pelaksanaan profesi apapun. Menjalankan tugas dengan profesional merupakan akhlak yang diruntut bagi setiap pengemban amanah.




Referensi:Dr. Muhammad al-Ghazaly, “Karakter Muslim”, Penerbit Ar-Risalah
Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 14:56
Labels: ,

Cinta dalam bahasa Arab disebut Al-Mahabbah yang berarti kasih sayang. Menurut Abdullah Nashih Ulwan cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dari kehidupannya.

Diantara tanda-tanda cinta ialah rasa kagum/simpatik, berharap, takut, rela dan selalu ingat kepada yang dicintai. Seorang yang beriman sejak memproklammirkan bahwa tiada ilah selain Allah dan beriltizam (komitmen) sepenuh dayanya, maka Allah harus menempati posisi tertinggi cintanya. Semua tanda-tanda cinta tersebut selayaknya diberikan kepada Allah. Berupa rasa kagum terhadap kebesaran, keagungan dan kekuasaan Allah, mengharapkan cinta Allah, rahmat, keridhaan dan keampunanNya (QS.39:53),rela dan menerima ketentuan Allah sepenuhnya, takut kepada Allh, yang mrnghasilkan sikap menjauhkan diri dari maksiat, serta selalu mengingat Allah (QS.2:152; 13:28; 63:9; 59:19). Firman Allah :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yanag beriman amat sangat cintanya kepada Allah...” (QS.2:165)

Cinta muncul karena kesadaran telah menerima anugerah dan nikmat yang besar dari Allah, pemahaman betapa rasa kasih sayang Allah melingkupi detik-detik kehidupan kita, serta karena mengenal Allah (Ma’rifatullah). Sehingga seorang mukmin amat sangat cintanya kepada Allah dan memiliki hasrat yang besar untuk bertemu denganNya.

Refleksi cinta adalah tunduk patuh, menurut, taat akan perintah Allah dan menjauhkan diri dari segala laranganNya. Mahabbatullah (rasa cinta kepada Allah) tidak cukup dengan hanya menjadi seorang ‘abid (ahli ibadah), tetapi mewujud dalam upaya menegakkan kalimatNya/agamaNya.
Islam merupakan agama fitrah yang juga mengakui adanya fenomena cinta yang melekat sebagai fitrah manusia.Allah telah memberikan petunjuk kepada hamba-hambaNya tentang prioritas dalam cinta. Firman Allah :“Katakanlah :’Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi pettunjuk kepada orang-orang fasik”. (QS.9:24) Prioritas cinta dapat diklasifikasikan atas prioritas tertinggi, menengah dan terendah. Berdasarkan ayat di atas,prioritas cinta yang tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalanNya. Hal ini merupakan konsekuensi dan merupakan keharusan dalam Islam. Tak diragukan lagi bahwa seorang mukmin yang telah merasakan kelezatan iman di dalam hatinya akan mencurahkan segalanya cintanya hanya kepada Allah. Karenaia telah meyakini bahwa Allah-lah yang Maha Sempurna, Maha Indah dan Maha Agung. Tak ada satupun selain Dia yang memiliki kesempurnaan sifat-sifat tersebut. Maka lahirlah kesadaran bahwa hanya ajaran Allah-lah yang harus diikuti karena Dia-lah yang Maha Tinggi. Dia juga terdotong untuk mempraktekkan ajaran-ajaran Allah dengan senang hati, penuh keyakinan dan keimanan. Ia telah yakin bahwa untuk membanguan kepribadian yang sempurna dan membina mentalitas manusia hanyalah dengan ajaran Allah yang Maha Suci dari kekurangan.

Rasa cinta seorang yang beriman kepada Allah akan mengambil bentuk awal berupa rasa cinta kepada Rasulullah SAW. Cinta kepada Rasulullah ( Mahabbaturrasul) ini berwujud sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat) terhadap perintah rasul, berendah hati, mendahulukan, melindungi dan kasih sayang kepada beliau. Generasi terbaik ummat ini telah mencontohkan betapa Mahabaturrasul bukan hanya terbatas pada salam dan Shalawat, namun juga membentengi Rasulullah dari mara bahaya dalam banyak peperangan dan tampil dalam membela Islam.

Mahabbaturrasul muncul dari keikhlasan dan ketulusan syar’i, rasa cinta yang Allah tumbuhkan, yang tak dapat ditumbuhkan oleh manusia meski membelanjakan seluruh kekayaannya. Rasa cinta yang melebihi rasa cinta kepada bapak-bapak, anak-anak, saudara-sausara, istri-istri, kaum keluarga, harta, perniagaan, rumah-rumah yang disukai. Bahkan rasa cinta yang melebihi rasa cinta kepada diri sendiri.

Sabda Rasulullah saw : “Hendaklah kalian mencintai Allah karena Dia memelihara kalian dengan nikmat-nikmat-Nya. Dan cintailah aku demi cintamu kepada Allah. Dan cintailah ahli rumahku demi cintamu kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim dari Ibnu Abbas). “Tidak beriman seseorang (dengan sempurna) diantara kalian kecuali aku lebih dicintai dari dirinya sendiri, orang tua dan seluruh manusia” (Al Hadits).
Itulah mahabbaturrasul yang mewarnai hati Abu Bakar Ash Shiddiq ra. Yang membuatnya mendahulukan, melindungi dan tak membangunkan Rasulullah yang tertidur di pangkuannya, walaupun harus menahan sakit kakinya karena tersengat kalajengking hingga mengucurkan darah (peristiwa Hijrah).

Kisah para Shahabat telah membuktikan ketinggian cinta merek kepada Allah, Rasulullah dan Jihad fi sabilillah. Seperti kisah Hazholah bin Amir ra. Yang terjun ke medan perang Uhud meniggalkan istri yang baru sehari sebelumnya dinikahi, dan akhirnya menemui kesyahidan. Ketika itu Rasulullah saw melihat dan berkata kepada para shahabat : “Sesungguhnya aku telah melihat para malaikat memandikan Hanzholah di tengah-tengah langit dan bumi dengan air hujan-dalam sebuah bejana dari perak.” (HR. Turmudzi dan Imam Ahmad).

Cinta dengan prioritas menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat. Cinta ini timbul dari perasaan sesorang, yang terikat hubungan dengan orang yang dicintainya dengan ikatan aqidah, keluarga, kekerabatan atau persahabatan. Syari’at Islam menilai perasaan cinta seperti ini sebagai cinta yang mulia dan agung. Ia termasuk cinta yang kedua setelah cinta kepada Allah, Rasulullah dan jihad di jalan Allah. Bagaimana cinta seseorang terhadap sesamanya tidak dianggap cinta yang luhur dan perasaan yang suci. Sedangkan semua hubungan sosial dan segala tata kehidupan dibina berdasarkan perasaan cinta dan kasih sayang semacam ini. Cinta ini merupakan hal yang perlu untuk mewujudkan kemashlahatan individu dan keluarga pada khususnya serta kemashlahatan bangsa dan kemanusiaan pada umumnya. Sabda Rasulullah SAW : “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).“Semua makhluk adalah tanggung jawab Allah. Maka yang paling dicintai Allah adalah yang paling memperhatikan kehidupan keluarganya”. (HR. Thabrani dan Baihaqi).

Adapun cinta terendah ialah cinta yang lebih mengutamakan dan menomorsatukan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal dibandingkan terhadap Allah, Rasulullah dan jihad fisabilillah. Cinta jenis adalah yang paling hina, keji dan merusak rasa kemanusiaan. Termasuk pula dalam kategori cinta ini adalah kecintaan kepada sesuatu yang disembah selain Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS.2:165, cinta kepada musuh-musuh Allah, sebagaimana Allah peringatkan dalam QS. Al-Mumtahanah (60):1, cinta berdasarkan hawa nafsu sebagaimana cintanya Zulaikha istri Al Azis kepada Nabi Yusuf as.
Tak diragukan lagi bahwa jika para pemuda Islam, kapan dan di mana saja, lebih mengutamakan cintanya kepada Allah, Rasulullah dan Islam maka Allah akan memberikan kemenangan bagi mereka di muka bumi ini.

Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 15:58

Tak dapat disangkal lagi bahwa eksistensi pemuda Islam dalam kehidupan amat penting, karena merekalah yang memiliki potensi untuk mewarnai perjalanan sejarah umat manusia pada umumnya. Semua ideologi yang berorientasi pada strategi revolusi, menganggap pemuda sebagai tenaga paling revolusioner karena secara psikologis manusia mencapai puncak hamasah (gelora semangat) dan quwwatul jasad (kekuatan fisik) pada usia muda. Hal tersebut menumbuhkan semangat pergerakan, perubahan, bukan stagnasi ataupun status quo. Dalam setiap kurun waktu, kemarin, kini dan esok, pemuda senantiasa berdiri di garis terdepan. Baik sebagai pembela kebenaran yang gigih ataupun sebagai pembela kebatilan yang canggih.



Di dalam al-Qur’an peran pemuda diungkapkan dalam kisah Ashabul Kahfi [18:19-22], kisah pemuda Ibrahim [21:60,69 dan 2:258] dan pemuda yang dibunuh oleh Ashabul Uhdud [lihat tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Buruuj] dan para Assabiqunal Awwalun pada umumnya berusia muda.
Pentingnya memanfaatkan masa muda digambarkan dalam hadits Rasulullah SAW sbb:”Manfaatkanlah yang lima sebelum datang yang lima: masa mudamu sebelum datang masa tuamu; masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu; masa kayamu sebelum datang masa miskinmu; masa hidupmu sebelum datang masa matimu; masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.” [HR. al-Baihaqi]


Bagaimana potensi pemuda itu dapat dikembangkan dalam bingkai Islam? Setidaknya mereka dituntut melaksanakan sepuluh risalahnya:

1. Memahami Islam
Mustahil pemuda dapat memuliakan Islam kalau mereka sendiri tidak memahami Islam [35:28, 58:11].
“Siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat kebaikan, maka dipandaikan dalam agama.” [HR. Bukhari-Muslim]
“Dunia ini terkutuk dan segala isinya terkutuk kecuali dzikrullah dan yang serupa itu dan orang alim dan penuntut ilmu.” [HR.At-Tirmizi]

2. Mengimani segenap ajaran Islam
Iman kepada Allah dan Rasul-Nya pada hakikatnya merupakan sebuah sikap mental patuh dan tunduk [23:51].Tunduk patuh berlandaskan cinta kepada-Nya [2:165] dan ittiba’ (mengikuti) Rasul-Nya [3:31, 53-3-4].

3. Mengamalkan dan mendakwahkan Islam
Ciri orang yang tidak mengalami kerugian (khusrin) dalam hidup adalah senantiasa mengamalkan dan mendakwahkan Islam [103:1-3; 41:33; 3:110; 9:71; 5:78-79].
“Barangsiapa menyeru kepada kebaikan maka ia akan memperoleh pahala sepadan dengan orang yang mengerjakannya.” [HR.Muslim]

4. Berjihad di jalan Islam
Jihad adalah salah satu hal yang diwajibkan Allah kepada kaum muslimin.Said Hawa membagi jihad menjadi lima macam:
• Jihad lisaani, menyampaikan dakwah Islam kepada orang-orang kafir, munafik dan fasiq yang disertai dengan hujjah (argumentasi) yang dicontohkan oleh Nabi SAW [5:62].
• Jihad maali atau jihad dengan harta [49:15; 9:111].Jihad dengan harta merupakan bagian vital bagi jihad yang lainnya, karena dakwah memerlukan sarana dan prasarana.
• Jihad bilyad wan nafs atau jihad dengan tangan /kekuasaan dan jiwa [22:39, 2:190, 8:39, 9:36].Termasuk dalam jihad ini adalah menentang orang kafir, usaha mempertahankan diri terhadap serangan mereka, berusaha mengusir mereka dari bumi Islam, memerangi kaum murtad dalam negeri Islam, melawan pemberontak atau pembangkang atas negara Islam.
• Jihad siyaasi atau jihad politik.
• Jihad tarbawi/ta’limi, yakni bersungguh-sungguh mengajarkan, menyampaikan ilmu dan mendidik orang-orang yang ingin memahami Islam [3:79].

5. Sabar dan istiqomah di atas jalan Islam [21:83-85, 38:41-44, 37:100-107, 21:68-69, 71:5-9].
Keimanan harus dilanjutkan dengan kesabaran dan istiqomah.”Keyakinan dalam iman haruslah secara bulat dan kesabaran itu setengah dari iman.” [HR. Abu Nu’aim].

6. Mempersaudarakan manusia dalam ikatan Islam
Pemuda seharusnya berperan dalam menjalin ukhuwah Islamiyah sesama muslim [8:63, 59:9]. “Setiap mukmin yang satu bagi mukmin lainnya bagaikan suatu bangunan, antara satu dengan yang lain saling mengokohkan.” [Al-Hadits]

7. Menggerakkan dan mengarahkan potensi umat Islam
Potensi umat Islam perlu diarahkan ke dalam amal jama’i secara efektif dan efisien [3:146]


8. Optimis terhadap masa depan Islam
Pemuda Islam tak boleh memiliki jiwa pesimis.Sebaliknya harus optimis akan hasil perjuangan dan pertolongan serta balasan dari Allah SWT.Hanya orang kafirlah yang memiliki sifat pesimis [12:87, 15:56].

9. Introspeksi diri (muhasabah) terhadap segala aktifitas yang telah dilakukan
Introspeksi dan evaluasi dimaksudkan agar pemuda tidak mengulang kesalahan yang sama di hari mendatang, tidak terjebak dengan permasalahan yang sama dan mampu memperbaiki diri ke arah yang lebih baik [13:11].
“Seorang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersiap dengan amal sebagai bekal untuk mati.” [HR.At-Tirmizi].

10. Ikhlas dalam segenap pengabdian di jalan Islam
Memurnikan niat karena Allah dalam ibadah dan jihad merupakan masalah fundamental agar amal itu diterima sekaligus sukses.
“Sesungguhnya Allah menolong umat ini hanya karena orang-orang yang lemah di antara mereka yaitu dengan dakwah, shalat dan ikhlas mereka.” [HR. An-Nasai dari Sa’ad bin Abi Waqash]




REFERENSI
Majalah Islam “Sabili”, No.33/11 Januari 1991
Husni Adham Jarror, Bercinta dan Bersaudara karena Allah, GIP
Dr.Muh.Ibrahim An-Nashr, Dr.Yusuf Al-Qardhawi dan Said Hawa, Berjuang di jalan Allah, GIP
Selengkapnya...

Search