selamat datang di rumah sederhana saya. mari bersama berusaha mengumpulkan hikmah yang terserak di antara semesta kehidupan, dalam upaya menyadarkan diri bahwa kita hanyalah manusia.
Posted by SHANDY on 11:43

“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah (kepada sesuatu)

selain kepada-Nya, dan kepada kedua orang tua hendaknya (kamu) berbuat baik. “

(QS. Al-Isra’ ;23)

Ø Pengertian
Asal kata :
Al-Birru = seluruh kebaikan
Al-Waalidaan/Al-Waalidain = ibu bapak / kedua orangtua
Secara istilah birrul walidain bermakna berbuat kebaikan kepada kedua orang tua sebanyak-banyaknya.


Ø Mengapa ?
Menurut Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyah, ada beberapa alasan kuat yang dapat memotivasi kita untuk senantiasa menjalankan birrul walidain dalam berinteraksi dengan kedua orang tua kita.

Pertama, secara fikri (akal pikiran) kedua orang tua memiliki jasa yang teramat besar atas diri kita. Teringat bagaimana seorang Ibu yang dengan bersusah payah dan kelelahan mengandung kita selama kurang lebih 9 bulan. Kemudian melahirkan kita dengan perjuangan yang begitu hebat, bahkan bukan mustahil nyawanya sendiri yang dikorbankan demi keselamatan sang anak. Juga, teringat bagaimana Ibu membesarkan kita, menyusui kita di tengah malam, memberikan dekapannya yang hangat dan memberikan jaminan keamanan ketika kita takut, mengasuh kita hingga kanak-kanak, remaja, dan sedewasa ini. Ayahpun tidak jauh berbeda, beliau dengan kerasnya membanting tulang demi tercukupinya kebutuhan kita, seringkali rasa capek, sakit, kepanasan atau kedinginan tak dihiraukan demi anak dan istrinya. Pantaslah jika dikatakan bahwa sebesar apapun perbuatan baik dan kasih sayang kita kepada mereka tidak akan bisa membayar kasih sayang kedua orang tua kepada kita.
Ada sebuah riwayat yang sanadnya berasal dari Zar’ah bin Ibrahim :
“ Sesungguhnya seorang lelaki datang kepada Umar ra, lalu berkata, “Sesungguhnya aku mempunyai ibu yang sudah tua. Dia tidak menunaikan keperluannya kecuali punggungku menjadi tunggangan. Apakah aku sudah membuatnya ridha dan bisa berpaling darinya? Apakah aku sudah menunaikan kewajibanku kepadanya? Umar menjawab, ”Belum.” Lelaki itu berkata, “Bukankah aku telah membawanya dengan punggungku dan aku telah merelakan hal itu untuknya? Umar menjawab, ”Dia telah melakukannya dan dia telah berharap agar engkau hidup dan tetap berada di pangkuannya. Namun sebaliknya, engkau berharap untuk berpisah dengannya.”
Kali yang lain, Umar bertemu dengan seorang lelaki yang membawa ibunya dengan diikat dipunggungnya dan melakukan thawaf di Baitullah, lalu berkata : “Aku membawa ibuku dan dialah yang membawa diriku diwaktu aku masih kecil. Dialah yang menyusuiku dengan air susunya beberapa kali.” Kemudian Umar berkata, “Seandainya aku bersama ibuku, kemudian aku melakukan apa yang engkau lakukan (terhadap ibumu), maka hal itu lebih aku sukai daripada onta merah.”

Kedua, Allah telah memerintahkan kepada kita untuk berbakti kepada kedua orang tua. Dalam sebuah ayat yang telah disebut diatas (17;23), menurut Abu Bakar Al-Anbari kalimat ‘Al-Qadla’ dalam ayat tersebut tidak berarti mengharuskan, namun bermakna perintah dan kewajiban.
Diantaranya dalam beberapa ayat Allah SWT telah berfirman :
“ Sembahlah Allah dan jangan sekutukan Dia dengan apapun dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua … “ (QS. An-Nisa; 36)
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada orang tuanya.” (QS. Al-Ankabut;8)
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuuat baik kepada orang tuanya yang telah mengandungnya dengan bersusah payah. “ (QS. Luqman; 14)

Ketiga, Rasulullah saw yang ma’sum telah menyuruh kita untuk selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. Beberapa hadits diantaranya :
“ Rasulullah saw berwasiat kepadaku, “Janganlah kamu durhaka kepada kedua orang tuami, sekalipun mereka memerintahkanmu untuk keluar dari keluargamu atau untuk melepaskan hartamu. “ (HR. Ahmad dalam kitab Musnadnya)
Beliau sendiri telah memberi teladan, misalnya ketika ibu susuan beliau yaitu Halimatus Sa’diyah datang kepada beliau maka beliau menyambutnya dengan hangat, dan membentangkan surban beliau untuk tempat duduknya.

Keempat, berbakti kepada keduanya lebih utama dibandingkan jihad dan hijrah. Hal ini terdapat dalam hadits : “Seorang lelaki datang kepada Nabi saw dan meminta izin untuk berjihad. Rasulullah berkata kepadanya, “Apakah kedua orangtuamu masih hidup ? Dia menjawab, “Ya” Rasulullah bersabda, “Berjihadlah kepada keduanya (berbakti kepada mereka). “ (HR. Bukhari)
Hadits lain berbunyi :” Aku bertanya kepada Rasulullah saw, “Amal perbuatan apakah yang paling dicintai oleh Allah SWT?” Rasul menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Rasul menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku berkata lagi, “ Kemudian apa lagi?” Rasul menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi) Hal ini menunjukkan keutamaan kedudukan birrul walidain. Bahkan jumhur ulama’ menyebutkan haram berjihad jika kedua orang tua (ataupun salah seorang dari mereka) melarang, tentu saja jika mereka sama-sama muslim.

Kelima, salah satu buah dari birrul walidain adalah sebuah hadits Rasulullah saw yang berbunyi : “Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, maka berbahagialah dia dan Allah akan menambah umurnya.” (HR. Al-Hakim)
Ø Kewajiban Anak Kepada Orang Tua
1. Berbuat baik kepada kedua orang tua (4;36, 31;14), meskipun mereka non muslim
2. Mendoakan mereka (17;23-24)
3. Mengatakan yang baik-baik kepada mereka & tentang mereka (17;23-24)
4. Tidak membangkang perintah/keinginan mereka (selama tidak melanggar syariat)
5. Merendah dihadapan mereka (17;23-24)
Kisah menarik disuguhkan oleh Imam Hanafi yang konon sangat patuh kepada sang ibunda. Namun dalam hal fatwa, sang ibunda tidak mau mendengarkan/tidak mempercayai fatwa tersebut jika didengar langsung dari anaknya. Maka tak ayal, ketika sang Ibu bertanya tentang sesuatu kepada Imam Hanafi, dan dijawab oleh sang Imam namun tidak memuaskan hati sang ibu, bahkan sang ibu menyuruh Imam Hanafi untuk menanyakan tentang hal itu kepada seorang Syaikh. Imam Hanafi pun pergi menjumpai Syaikh yang dimaksud, setelah diutarakannya maksudnya, sang Syaikh bingung. Sebab ia merasa Imam Hanafi dapat memberikan jawaban yang lebih tepat dibandingkan dia. Maka Imam Hanafipun memberitahu sang Syaikh fatwa darinya, dengan pesan sponsor untuk tidak memberitahukan hal ini kepada ibunya. So, jadilah Ibunda Imam Hanafi mengetahui jawaban masalahnya melalui Syaikh bukan melalui anaknya sendiri, yang notabene lebih faqih/faham.
6. Mengajak mereka kepada kebenaran dengan cara yang baik/ahsan
7. Mengorbankan harta demi kemaslahatan mereka Al-Hasan ditanya oleh seseorang tentang berbakti kepada orang tua, lalu ia berkata, “Hendaklah kamu korbankan apa yang kamu miliki dan menaati mereka selama bukan maksiat. “
8. Berbuat baik terhadap teman-teman mereka Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berbunyi :”Sebaik-baik perbuatan adalah bahwa seseorang menjaga hubungan dengan teman-teman ayahnya dan menghormati mereka.” (HR. Muslim)
9. Menjaga hubungan baik dengan kerabat mereka
Seseorang bertanya kepada Nabi saw, “Wahai Rasulullah, adakah perbuatan baik yang bisa saya kerjakan setelah orang tua saya meninggal?” Beliau menjawab, “Ya, ada empat hal : berdoa dan memohonkan maaf untuk mereka, memenuhi janji-janji mereka, menghormati teman-teman mereka, dan memelihara hubungan baik dengan kerabatmu, sebab kamu tidak memiliki kerabat melainkan melalui mereka.” (HR. Bukhari)

Maroji’ :
1. Birrul Walidain wal Silaturrohim, Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyah, Pustaka Progressif, 1993, Surabaya.2. Menjadi Muslim Ideal, Dr. Muhammad Ali al-Hasyimi, Mitra Pustaka, 1999, Yogyakarta.

0 comments:

Search