selamat datang di rumah sederhana saya. mari bersama berusaha mengumpulkan hikmah yang terserak di antara semesta kehidupan, dalam upaya menyadarkan diri bahwa kita hanyalah manusia.
Posted by SHANDY on 13:58


Siang ini, baru saja memakai sepatu hendak meninggalkan Nuruzzaman selesai shalat dhuhur, ada seorang pria tua mendatangiku dan bertanya dimana tempat wudhu pria. Seusai kutunjukkan tempatnya, beliau mengucapkan terima kasih dan membawa sandal bututnya masuk. Aku jadi bertanya-tanya, mau dibawa kemana sandal itu? Lalu terlihat beliau menaruh sandalnya di dekat pintu pagar utara yang senantiasa terkunci, menyembunyikannya di balik rimbunan bunga.

Aku hampir saja membatin, ditaruh disini juga insya Allah ga akan hilang Pak. Mengingat di depan masjid banyak berserakan sepatu-sepatu mahal mahasiswa sini. Tapi sejenak aku tersadar, posesivitas kita terhadap sesuatu berbanding lurus dengan tingkat keberhargaan sesuatu itu bagi kita. Teringat juga, aku sendiri punya kebiasaan membungkus sandal atau sepatu baru dengan tas plastik kemudian dimasukkan ke dalam tas.

Bagi orang lain, mungkin sandal itu tidak berharga. Apalagi buat mahasiswa-mahasiswa kaya yang sanggup membeli sepatu seharga ratusan ribu atau bahkan jutaan rupiah. Namun bagi bapak itu, sandal bututnya itu sangat berharga. Mungkin itu adalah satu-satunya sandal yang beliau miliki. Sehingga harus dijaganya baik-baik.

Jadi tersadarkan, betapa kita kurang bersyukur dengan apa yang kita miliki. Senantiasa merasa kekurangan, hanya karena ada yang memiliki barang lebih bagus dari milik kita.

Ini adalah Ramadhan kawan. Yang senantiasa kita dengar dalam setiap ceramah, adalah bulan yang mengajarkan kesyukuran. Maka sudahkah kita bersyukur, yang tidak hanya sebatas kata? Syukuri apa yang ada, kata D’Massiv. Karena hidup adalah anugerah. Karena hari-hari adalah semangkuk penuh keajaiban. Yang dirahmatkan Allah pada kita. Masih banyak orang lain di luar sana yang kekurangan. Masih banyak orang yang kesulitan hanya untuk sekedar makan. Maka nikmat Allah yang manakah yang engkau dustakan???


Untuk kita renungkan...
Selengkapnya...

Search