selamat datang di rumah sederhana saya. mari bersama berusaha mengumpulkan hikmah yang terserak di antara semesta kehidupan, dalam upaya menyadarkan diri bahwa kita hanyalah manusia.
Posted by SHANDY on 13:50

Copas dari milis tetangga. Hanya ingin menyimpan taujih ini. Karena tak selamanya diri ini ingat. Dan tak selalu ada teman untuk mengingatkan. Semoga bisa bermanfaat bagi diriku dan dirimu. Amiin.



Ustadz Rahmat Abdullah : Memang Seperti Itulah Dakwah.

Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.

Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu.. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai..

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu.

Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg men
empel di tubuh rentamu.

Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari..


Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga.

Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia mem
impin hanya sebentar.

Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.

Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.


Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.


Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan.

Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak! Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari.

Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih tragis.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi, akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satuny
a harus mengalah.

Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga hasrat untuk mengeluh tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jiha
d yang begitu cantik.


Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya ditinggalkan, hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore.

Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah.

Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.

Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar.

Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, ya Allah, berilah dia petunjuk. sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang


Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta. Mengajak kita untuk terus berlari.


Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.



Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 06:36

Hujan pagi ini,
apakah air matamu?
Kesedihan yang belum tuntas, luka yang masih membekas
Dan hari ini kulihat engkau bersedih lagi...

Maaf, Indonesia
Jika yang bisa kuberikan baru sebatas doa
Semoga setiap banjir, lahar, dan tsunami
Mampu menghapus dosa bangsa ini
dan mengikis kesombongan kami

Allah, adakah pintu taubat itu masih terbuka untuk kami?

air matamu, air mataku, air mata kita

*dengan segenap jiwa, dukaku untuk Indonesia...



Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 06:23


Sudah lama sekali tidak pernah meng-update blog... hmm, gimana ya? Seringkali kesibukan membuat inspirasi enggan mendekatiku. Hehe.. alasan yang dipaksakan. -_-'

Seperti kemarin, banyak peristiwa yang seharusnya dapat menjadi ibrah bagi kita semua. Namun terlewatkan begitu saja. Mungkin, hati ini yang sudah mulai terkontaminasi. Astaghfirullah al adziim.

Siang itu aku sudah ditunggu sang murabbi. Biasa, rutinan. Namun yang tidak biasa adalah tempatnya. Karena tempat yang dahulu sudah terlalu crowded, jadi pindah. Namun kali ini tempatnya lumayan jauh juga. Klo biasanya aku jalan kaki dari stasiun gubeng cukup 20 menit, sekarang entah kapan aku sampai kalau tetep nekad jalan kaki. Bisa-bisa malah ga nyampe karena keburu pingsan duluan. Hehehe..

Nah, jalan satu-satunya adalah nyari boncengan. Satu persatu aku sms ikhwan satu halaqah. Namun, ga ada yang bisa bantu. Padahal satu tujuan. Sudah terlambat 15 menit dari jam perjanjian, aku baru sampai kampus dan tempat yang kutuju masih jauh. Kembali aku hubungi ikhwan lainnya. Beliau bilang, “afwan akhi, ana udah di TKP. Masa balik lagi?” wedew.

Ya sudahlah. Jalan kaki juga insya Allah sampai kok. Walau entah kapan. Hehehe. Hampir melewati kampus, tiba – tiba ada yang memanggilku. Ternyata seorang anggota Sunflower Adventure, teman satu geng-ku. Dia bertanya tujuanku. Lantas berkata, “tunggu bentar. Aku ambil motor dulu. Trus aku barengin kamu sekalian pulang.”

Aku bertanya, “lha rumahmu kan berlawanan. Ntar kamu muternya jauh banget.”

Dia menjawab sambil tersenyum, “Halah, biasa ae. Kamu kan mau ngaji. Nah, dengan begini aku bisa sedikit kecipratan pahala juga. Lumayan toh?”

SubhanaLlah. Aku perhatikan lagi dia. Dengan rambut gondrong, dan celana jeans robek – robek, dia lebih kelihatan seperti orang urakan. Namun siapa sangka, di dalamnya ada hati yang begitu putih. Bukan cuma sekali dua kali aku melihat dia membantu orang, mulai dari teman kampus sampai anak asongan di kereta api. Penampilan boleh urakan, tapi dia tak kalah dari mereka yang begitu bangga menyandang gelar ikhwan.

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian” (HR. Muslim)

wallahu a'lam.
Selengkapnya...

Search