selamat datang di rumah sederhana saya. mari bersama berusaha mengumpulkan hikmah yang terserak di antara semesta kehidupan, dalam upaya menyadarkan diri bahwa kita hanyalah manusia.
Posted by SHANDY on 17:07
Labels: ,

Jangan panggil aku ikhwan.
Karena melihat akhwat masih suka tertawan
Apalagi memandang jilbab yang berkibaran
Tambah susah menjaga pandangan...

Jangan panggil aku ikhwan
Karena ibadah masih angin-anginan
Membaca Al Qur'an pun masih acak-acakan

Hafalan juga berantakan
Biarpun shalat masih jalan,
Maksiat pun ga ketinggalan

Jangan panggil aku ikhwan
Disuruh datang liqo’ sering telatan

Kalau diminta ikut kajian,
bolos dengan sejuta alasan
Lebih suka nongkrong di pinggir jalan

Jangan panggil aku ikhwan
Karena dengan orang tua masih kurang penghargaan
Dengan guru suka melawan
Apalagi dengan saudara seperjuangan,
ah, emang gue pikirkan???


Jangan panggil aku ikhwan
Sedekah suka malas-malasan
Peduli amat, mending buat jajan.
Ato dihabiskan buat foya-foya malam mingguan

Please, jangan panggil aku ikhwan
Aku hanya manusia biasa yang ingin bertaubat
Walau aku pernah tersesat

Jangan panggil aku ikhwan
Aku hanya manusia biasa yang ingin menjadi lebih baik

Kemarin, hari ini, dan esok hari
Aku ingin menjadi lebih baik, lebih baik, dan lebih baik

Tolong, bantu aku teman..
Pegang pundakku jika aku kelelahan
Katakan padaku, bahwa aku tidak sendirian
Walau jalan ini berat, namun ada cahaya indah yang menanti di ujung sana.
Dan kita akan berjalan bersama
Menggapainya bersama-sama.

Walau aku, mungkin bukan ikhwan...



Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 13:50

Copas dari milis tetangga. Hanya ingin menyimpan taujih ini. Karena tak selamanya diri ini ingat. Dan tak selalu ada teman untuk mengingatkan. Semoga bisa bermanfaat bagi diriku dan dirimu. Amiin.



Ustadz Rahmat Abdullah : Memang Seperti Itulah Dakwah.

Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.

Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu.. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai..

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu.

Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg men
empel di tubuh rentamu.

Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari..


Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga.

Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia mem
impin hanya sebentar.

Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.

Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.


Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.


Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan.

Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak! Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari.

Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih tragis.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi, akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satuny
a harus mengalah.

Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga hasrat untuk mengeluh tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jiha
d yang begitu cantik.


Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya ditinggalkan, hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore.

Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah.

Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.

Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar.

Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, ya Allah, berilah dia petunjuk. sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang


Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta. Mengajak kita untuk terus berlari.


Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.



Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 06:36

Hujan pagi ini,
apakah air matamu?
Kesedihan yang belum tuntas, luka yang masih membekas
Dan hari ini kulihat engkau bersedih lagi...

Maaf, Indonesia
Jika yang bisa kuberikan baru sebatas doa
Semoga setiap banjir, lahar, dan tsunami
Mampu menghapus dosa bangsa ini
dan mengikis kesombongan kami

Allah, adakah pintu taubat itu masih terbuka untuk kami?

air matamu, air mataku, air mata kita

*dengan segenap jiwa, dukaku untuk Indonesia...



Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 06:23


Sudah lama sekali tidak pernah meng-update blog... hmm, gimana ya? Seringkali kesibukan membuat inspirasi enggan mendekatiku. Hehe.. alasan yang dipaksakan. -_-'

Seperti kemarin, banyak peristiwa yang seharusnya dapat menjadi ibrah bagi kita semua. Namun terlewatkan begitu saja. Mungkin, hati ini yang sudah mulai terkontaminasi. Astaghfirullah al adziim.

Siang itu aku sudah ditunggu sang murabbi. Biasa, rutinan. Namun yang tidak biasa adalah tempatnya. Karena tempat yang dahulu sudah terlalu crowded, jadi pindah. Namun kali ini tempatnya lumayan jauh juga. Klo biasanya aku jalan kaki dari stasiun gubeng cukup 20 menit, sekarang entah kapan aku sampai kalau tetep nekad jalan kaki. Bisa-bisa malah ga nyampe karena keburu pingsan duluan. Hehehe..

Nah, jalan satu-satunya adalah nyari boncengan. Satu persatu aku sms ikhwan satu halaqah. Namun, ga ada yang bisa bantu. Padahal satu tujuan. Sudah terlambat 15 menit dari jam perjanjian, aku baru sampai kampus dan tempat yang kutuju masih jauh. Kembali aku hubungi ikhwan lainnya. Beliau bilang, “afwan akhi, ana udah di TKP. Masa balik lagi?” wedew.

Ya sudahlah. Jalan kaki juga insya Allah sampai kok. Walau entah kapan. Hehehe. Hampir melewati kampus, tiba – tiba ada yang memanggilku. Ternyata seorang anggota Sunflower Adventure, teman satu geng-ku. Dia bertanya tujuanku. Lantas berkata, “tunggu bentar. Aku ambil motor dulu. Trus aku barengin kamu sekalian pulang.”

Aku bertanya, “lha rumahmu kan berlawanan. Ntar kamu muternya jauh banget.”

Dia menjawab sambil tersenyum, “Halah, biasa ae. Kamu kan mau ngaji. Nah, dengan begini aku bisa sedikit kecipratan pahala juga. Lumayan toh?”

SubhanaLlah. Aku perhatikan lagi dia. Dengan rambut gondrong, dan celana jeans robek – robek, dia lebih kelihatan seperti orang urakan. Namun siapa sangka, di dalamnya ada hati yang begitu putih. Bukan cuma sekali dua kali aku melihat dia membantu orang, mulai dari teman kampus sampai anak asongan di kereta api. Penampilan boleh urakan, tapi dia tak kalah dari mereka yang begitu bangga menyandang gelar ikhwan.

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian” (HR. Muslim)

wallahu a'lam.
Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 12:12

Hari ini aku menemuimu

Bidadari bermata sayu

Akulah penjemputmu

Tuk bawa kau pada Kekasih Sejatimu

Dan kulihat engkau tersenyum


Kuceritakan padamu tentang seorang pemuda

Dengan taman di hatinya

Saat engkau di dekatnya

Dia tertunduk

Namun dalam hatinya

Musim semi tlah mekarkan bunga-bunga


Saat engkau meninggalkannya

Dia membisu

Mencabut bunga- bunga di hatinya

Dan menguburnya dengan air mata beku


Kini engkau pergi selamanya

Dia terpaku menatap jiratmu

Memegang setangkai bunga harapan

Agar engkau bahagia dalam cinta-Nya


Dia tetap membisu

Namun jiwanya mendengungkan namamu

Diiringi doa rerumputan



Ya Allah ampunilah dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka. amiin.
Selengkapnya...

Posted by SHANDY on 14:23
Labels: ,


Tulisan pertamaku di 2010. Setelah lama ga menulis, rasanya susah juga.

Fahami cinta.

Tahukah engkau Sahabat? Tidak ada kata yang disalahartikan lebih banyak dari cinta. Ga percaya?
Di Amerika Serikat, klo ada laki-laki bilang I love you ke seorang wanita, maka artinya adalah dia ingin bersetubuh dengan wanita itu. Ato ga usah jauh-jauh. Simak saja lagu-lagu yang banyak beredar saat ini. Seperti yang dinyanyikan She, apalah arti cinta, bila aku tak bisa memilikimu?

Sahabat, apakah bener cinta ga ada artinya klo kita ga bisa memiliki orang yang kita cintai itu???

Terus saat ini juga banyak teman - teman kita yang menjalani hubungan di luar pernikahan, dengan seenaknya saja mengatakan pada pasangannya aku mencintaimu.

Bahkan fenomena ini ga hanya melanda mereka yang awam. Mereka yang notabene menyandang predikat aktivis dakwah juga ga lolos dari jeratan syaithan ini. Hanya saja bahasanya diganti. Klo orang awam bilangnya I love you, aishiteru, ato je t'aime, maka para aktivis ini sedikit lebih keren. Mereka menggantinya dengan bahasa arab, Inni uhibbuki, Ukhti. Bahkan kadang pake embel-embel fiLlah.
Yuk kita bertanya, apakah bener itu cinta?

Sobat, klo cinta itu hanya sekedar perasaan ingin memiliki si dia, lantas apakah bedanya dengan posesivisme? Klo kita mencintai karena menginginkan kehangatannya, kelembutan suaranya bahkan saat dia belum halal bagi kita, apakah bedanya cinta dengan nafsu?

Lantas cinta itu apa?

Rumi dalam Matsnawi-nya sudah menulis,

Menurutku, cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah duri jadi mawar, cuka jadi anggur, mengubah malang jadi untung, mengubah sedih jadi riang, mengubah setan jadi nabi, mengubah iblis jadi malaikat, mengubah sakit jadi sehat, mengubah kikir jadi dermawan, mengubah kandang jadi istana, mangubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibah. Itulah cinta.


Itulah cinta. Perasaan indah yang mengindahkan kehidupan, menghidupkan keindahan.

Ustadz Anis Matta menulis dalam salah satu buku beliau,
mencintai adalah keputusan.

Mencintai itu lebih dari sekedar kata – kata semu dan janji palsu. Mencintai adalah ikrar kebersediaan diri untuk memperhatikan, melindungi, dan menghidupi orang yang kita cintai.

Oleh karena itu, tidak ada rasa sakit dari cinta. Orang yang mencintai, tidak pernah merasa rugi. Bahkan saat cintanya tak berbalas. Karena mencintai adalah seperti matahari, yang menghidupi bumi tanpa sekalipun mengharap imbalan.

Lantas kok sampe ada lagu ”Cinta ini Membunuhku” segala? D’Massiv yang bikin lagu ini pasti belum baca buku Jalaluddin Rumi atau Raudhatul Muhibbin-nya Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Klo udah, mereka pasti tau klo yang membunuhnya bukanlah cinta. Tapi nafsunya sendiri. Iya ga?

Klo mencintai haruslah memiliki, bagaimana kita memaknai cinta Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang menikahkan gadis yang dicintainya dengan pemuda lain. Ketika gadis itu bertanya, ”Wahai Umar, dulu engkau pernah mencintaiku. Kemanakah perasaan itu sekarang?”
Umar menjawab, ”Cinta itu masih ada. Bahkan rasanya semakin dalam.”

Itulah cinta. Yang mengorbankan kepentingan diri sendiri demi kebaikan orang yang dicintainya. Cinta Khalifah Umar bukan hanya miliknya sendiri. Cintanya adalah milik Allah dan seluruh umat Islam.

Lantas, gimana cara kita menyatakan cinta? Apakah seperti acara-acara di TV semisal Katakan Cinta? Yang hanya bermodal setangkai bunga atau sepotong coklat?
Kok kayaknya ga modal banget ya? ^_^

Buat yang akhwat, mestinya kalian marah klo diperlakukan seperti itu. Apa iya harga diri kalian hanya seharga sepotong coklat?
Mungkin ada yang menjawab, ”Eh, coklat sekarang mahal lho! Coba kau tanya harga sepotong Toblerone atau Cadbury. Pasti lebih mahal dari harga sandalmu!”
Waduh maaf, bukan gitu maksudnya. Pake bawa-bawa sandal lagi. Mentang-mentang sandalku udah butut. T_T

Ini konteksnya bukan pada mahal atau murahnya hadiah yang diberikan. Namun pada kesungguhan laki2 itu untuk mencintai. Mana ada sih perempuan normal yang suka dipegang-pegang tanpa kejelasan status hubungannya?

Dan pernikahan, adalah ekspresi paling murni, pernyataan paling agung dari cinta. Bukti paling nyata akan keberadaan cinta.

Karena tak ada yang mendorong seorang suami untuk bekerja keras membanting tulang demi anak istri klo bukan cinta. Dan tak ada yang mendorong seorang istri untuk mengabdi pada suami klo bukan cinta.

Karena CINTA adalah PERJUANGAN...

Dalam pernikahan, seorang suami menghadapi perjuangan yang sangat besar. Karena semua yang terjadi dengan keluarganya adalah tanggung jawabnya sebagai imam. Dia yang harus mendidik istrinya. Membimbingnya dengan penuh kelembutan. Agar menjadi khairu mataa’ud dunya. Sebaik-baik perhiasan dunia. Membimbing anak-anaknya, agar mereka kelak bisa menjadi penerus perjuangan dalam membela agama dan menegakkan peradaban. Dia juga harus berjuang memenuhi nafkah keluarganya. Agar nantinya dia tidak meninggalkan generasi yang lemah di belakangnya..

Bahkan sebelum dan pada saat pernikahan itu sendiri adalah perjuangan. Bagaimana ikhwan dan akhwat saling menjaga diri, saling memperbaiki diri. Agar kelak bisa membina yang terbaik pula. Bagaimana mereka memperbaiki niat, bahwa pernikahan itu bukan sekedar mencari kesenangan, namun meniatkannya untuk menjadi sumber cahaya bagi zaman. Menjadi madrasah – madrasah peradaban. Yang kelak akan melahirkan mujahid – mujahid baru, Ahmad Yassin baru, Al Hudhaibi baru, Izzuddin Al Qassam baru.

Dan bagaimana saat – saat pernikahan itu menjadi barakah. Karena sesunguhnya pernikahan adalah salah satu Mitsaqan Ghalidza, perjanjian besar yang hanya tiga kali disebutkan dalam Al Qur’an. Setara dengan perjanjian Allah dengan para rasulNya, dan perjanjian Allah dengan bani Israil. Perjanjian dahsyat, yang disaksikan tidak hanya oleh orang di sekitarnya. Namun Allah dan seluruh malaikatNya ikut menjadi saksi. Bahkan saat sang mempelai pria berjabat tangan dan mengucapkan Qabiltu nikaahaha... Allah mengantungkan bukit Thursina di atasnya.

Itulah cinta, Sahabat.

Karena CINTA itu SUCI, maka jangan nodai dia. Jangan campuradukkan dia dengan hawa nafsumu. Jangan katakan cinta secara sembarangan. Karena cinta menuntut pertanggungjawaban. Tanpa kau katakan pun, takdir Allah tidak akan berubah. Cinta itu akan menemukan jalan, seperti Sayyidina Ali dan Fathimah Az Zahra. Kalau memang untukmu, maka dia pasti akan datang padamu. Kalau memang belum halal, bersabarlah. Pasti akan datang saat dimana semuanya menjadi indah.

Itulah cinta Sahabat.
Pahami dia, dan jangan menodainya.

WaLlahu a’lam.

Untuk saudara-saudaraku yang akan dan telah melangsungkan pernikahan. Yang akan mengikatkan diri dalam ikatan surga atas nama cinta. Maafkan bila aku tak bisa memberi hadiah materi. Biarlah secarik catatan ini dan doa barakah dari hati terdalam yang menjadi hadiah terindah dariku. barakaLlahu lakum..

Selengkapnya...

Search