selamat datang di rumah sederhana saya. mari bersama berusaha mengumpulkan hikmah yang terserak di antara semesta kehidupan, dalam upaya menyadarkan diri bahwa kita hanyalah manusia.
Posted by SHANDY on 09:10


Pagi – pagi, biasanya orang pada ingin sarapan sambil ditemani secangkir kopi susu dan membaca koran. Kalau mahasiswa lain lagi. Ga pake sarapan, langsung minum kopi pahit dua gelas supaya tahan kuliah seharian, sambil komat – kamit ngapalin rumus buat kuis jam pertama. Ya nggak? (yang nulis juga kena nih. hehehe) Namun rutinitas yang menyenangkan ini rupanya terganggu hari ini. Karena pada pagi yang cerah ini, Jumat (17/7), pukul 07.45 WIB, dua ledakan mengguncang Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan sembilan orang tewas dan 52 lainnya luka-luka. Enam korban tewas di Hotel JW Marriott, sedangkan tiga korban tewas lain di Hotel Ritz Carlton.

Korban yang tewas meliputi warga negara Indonesia dan warga negara asing. Sumber di Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri mengungkapkan, bom diledakkan dari koper yang ditinggalkan di Restoran Syailendra di Hotel JW Marriott. Diduga, bom tersebut merupakan bom bunuh diri yang diledakkan dengan menggunakan timer. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Nanan Soekarna yang berada di lokasi kejadian mengatakan, sejauh ini belum diketahui apakah ledakan ini berasal dari kelompok teroris Noordin M Top, atau bukan.

Namun demikian, banyak pihak yang beranggapan bahwa terror bom ini kembali dilakukan oleh kaum Islam fundamentalis. Seperti yang dikatakan oleh pakar terorisme internasional Rohan Gunaratna seperti dilansir harian Australia, News.com.au , Jumat (17/7/2009).

Menurut Gunaratna, pengeboman di Indonesia tidak akan berhenti sampai "pemimpin spiritual" JI, Abu Bakar Ba'asyir ditangkap dan dipenjara.

"Mereka (JI) tak pernah berhenti merekrut," kata Gunaratna, kepala badan International Centre for Political Violence and Terrorism Research yang berbasis di Singapura.

Menurut saya, agak terlalu gegabah untuk langsung menuduh satu pihak bertanggung jawab sebelum ada bukti yang kuat. Apalagi pada prinsipnya, Islam adalah agama yang menjunjung tinggi perdamaian dan keselamatan seperti dalam arti kata Islam itu sendiri.

Bahkan dalam Islam banyak aturan yang melarang terorisme. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaikh Al Utsaimin dalam Syarah Riyadush Shalihin 1/165-166 setelah menyebutkan syarah hadits kisah Ashabul Ukhdud beliau menyebutkan faidah-faidah yang dapat diambil dari kisah ini diantaranya.

Sesungguhnya seseorang boleh mengorbankan dirinya untuk kemaslahatan kaum muslimin secara umum, pemuda ini menunjukkan kepada raja yang menuhankan dirinya suatu hal yang bisa membunuhnya, yaitu dengan mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya …

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Karena ini adalah jihad fi sabilillah, seluruh umat beriman semuanya dalam keadaan pemuda ini tidak kehilangan apa-apa, karena dia mati, dan pasti dia akan mati cepat atau lambat”

Adapun apa yang dilakukan oleh sebagian orang dengan bunuh diri, yaitu dengan membawa alat peledak dibawa ke tempat orang kafir, kemudian dia ledakkan ketika dia di antara orang-orang kafir, maka dia tergolong perbuatan bunuh diri –Semoga kita dilindungi Allah Jalla Jallaluhu darinya-. Barangsiapa yang bunuh diri maka dia kekal di neraka Jahannam selama-lamanya, sebagaimana datang dalam hadits dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi tajam maka besi itu diletakkan di tangannya, ditusukkan ke perutnya di neraka jahannam dia kekal di dalamnya.” [Shahih Bukhari 5778 dan Shahih Muslim 109]

Karena orang ini membunuh dirinya bukan untuk maslahat Islam ; karena jika dia membunuh dirinya dengan membunuh sepuluh, atau seratus, atau dua ratus orang kafir, maka Islam tidak mendapatkan manfaat sama sekali dari perbuatannya, manusia tidak akan beriman. Berbeda dengan kisah pemuda ashabul ukhdud di atas. Dengan bom bunuh diri ini bisa jadi membuat musuh lebih congkak, sehingga mereka memberikan balasan kepada kaum muslimin yang lebih kejam dari itu.

Selain itu, masalah tempat yang menjadi sasaran pengeboman juga harus amat diperhatikan. Sama sekali tidak boleh melakukan terorisme dalam bentuk apapun di Negara Islam. Dalam Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan pemerintahnya juga orang Islam (walaupun dzalim sekalipun) dilarang merampas kekuasaan waliyul amri (pemerintah) dan dilarang memberontak mereka kecuali terlihat pada diri pemerintah itu kekufuran yang nyata dan terdapat hujjah atas kekufurannya dari Allah (Al-Qur'an dan As-Sunnah). Karena pemberontakan terhadap penguasa akan menimbulkan kerusakan yang lebih parah dan kejahatan yang lebih besar. Sehingga stabilitas keamanan akan terguncang, hak-hak akan tersia-siakan, pelaku kejahatan tidak dapat ditindak, orang-orang terzhalimi tidak dapat tertolong dan jalur-jalur transportasi akan kacau. Jelaslah bahwa memberontak penguasa akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Kecuali jika kaum muslimin melihat kekafiran yang nyata pada diri penguasa tersebut dan terdapat hujjah atas kekufurannya dari Allah (Al-Qur'an dan As-Sunnah), mereka dibolehkan memberontak penguasa tersebut dan menggantikannya jika mereka mempunyai kemampuan.

Sekarang, bagaimana dengan korban – korban yang berjatuhan? Jika di antara mereka ada satu orang saja yang beragama Islam, maka pelaku terorisme itu harus dihukum qishash. Yakni sebanding dengan kerugian yang diderita oleh korban muslim tersebut. Maka jika korban tersebut tewas, pelaku terorisme itupun harus dijatuhi hukuman mati.
Bagaimana jika ada korban yang beragama lain dan penduduk Negara lain? Seperti misalnya Edward Thielsen, warga Kanada dan David Potter, warga Amerika yang turut menjadi korban di JW Marriot?

Jika mereka masuk Negara ini dengan jalan yang sah dan tidak memusuhi umat muslim, maka mereka termasuk kafir dzimmi. Yaitu orang kafir yang berada di bawah perlindungan orang muslim. Maka mereka dihukumi sama dengan orang muslim. Yaitu darahnya haram untuk ditumpahkan. Dan membunuh mereka sama dengan membunuh orang Islam.

Oleh karena itu, jika memang yang melakukan pengeboman di hotel Ritz dan JW Marriot itu adalah benar orang Islam, maka pemahamannya akan agama ini sepertinya perlu dibenahi.

Bagaimana dengan prinsip al wala’ wal bara’ (berlepas diri dari orang kafir dan membela saudara muslim)?

Prinsip itu memang sudah seharusnya dilakukan oleh setiap orang Islam. Namun tetap harus memperhatikan aplikasinya. Dalam berwala’ wal bara’ tidak boleh sampai melanggar syariat Islam seperti yang telah dipaparkan di atas. Kalau masih mau mainan bom, sekalian saja berangkat ke medan jihad seperti Palestina, Afghanistan, dll. Insya Allah, bisa syahid.

Belum lagi “dugaan” dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menyatakan bahwa bahwa pemboman kali ini bukan dilakukan oleh pelaku terorisme yang biasa kita kenal (Jama'ah Islamiyah). Namun ada muatan politisnya, untuk mengacaukan penghitungan suara pilpres, menggagalkan pelantikan presiden terpilih, dan mengacaukan stabilitas negara. Seperti yang dilakukan oleh capres gagal dari Iran, Mir Hossein Mousavi. Walaupun langsung dibantah oleh Prabowo Subianto dengan ajakan untuk bersama – sama menyejukkan suasana. (Setuju Pak, Indonesia sudah kelewat panas akhir – akhir ini. Belum lagi efek global warming. hehehe)

Dengan demikian, tidak etis bagi semua pihak untuk langsung menuduh pihak lain bertanggung jawab atas tragedi ini, sebelum benar – benar terbukti bahwa merekalah pelaku sebenarnya. Hal ini didasarkan pada azas praduga tak bersalah dalam hukum di Indonesia dan juga negara – negara lain.

Lagian, siapa tau orang – orang Jama’ah Islamiyah sendiri lagi ngamuk – ngamuk karena Manchester United batal datang ke Jakarta, sehingga mereka tidak bisa menyaksikan aksi Wayne Rooney menjebol gawang Markus Horison? Ya nggak?

3 comments:

renggap said...

kesalahan pandangan para teroris, yg ia menganggap bahwa dengan bunuh diri adalah mengikuti jejak ghulam, yang memberitahukan cara yg bisa membunuhnya kepada seorang raja yg kafir, adalah benar-benar salah sangka!

Ghulam terbunuh tapi jejak yg ia tinggalkan menyebabkan satu wilayah tmpt tinggalnya menjadi bertauhid. Tetapi apa yg teroris lakukan? justru sebaliknya. Bahkan perbuatan mereka membawa kerusakan dan kemudharatan yg sangat besar. Sangat disayangkan memang.

Alhamdulillah akh, tulisan yg sangat bermanfaat insya Allah.

SHANDY said...

syukran Akh.

semoga bisa memberikan sedikit manfaat bagi kita semua. amin.

SHANDY said...

syukran Akh.

semoga bisa memberikan sedikit manfaat bagi kita semua. amin.

Search