selamat datang di rumah sederhana saya. mari bersama berusaha mengumpulkan hikmah yang terserak di antara semesta kehidupan, dalam upaya menyadarkan diri bahwa kita hanyalah manusia.
Posted by SHANDY on 04:52


Perjalanan kali ini dimulai secara dadakan. Karena sebelumnya memang tidak ada rencana untuk ke Sarangan. Namun karena melihat agenda untuk week-end yang kosong, dan ditambah pikiran yang lagi suntuk, akhirnya langsung berangkat sendirian dengan persiapan seadanya.

Saya berangkat hari Jum'at. Tepat setelah shalat Jum'at. Dari kota Sidoarjo, naik bus di Bungurasih dengan tujuan Maospati. Sebetulnya sudah diingatkan oleh teman saya, bahwa bus yang mampir ke Maospati hanya 2, yaitu bus Sumber Kencono dan Mira. Namun karena saya lupa, akhirnya termakan bujukan awak bus yang mengatakan bahwa nanti busnya juga berhenti di Maospati. Jadilah saya naik bus itu.

Perjalanan lancar sampai memasuki Terminal Madiun. Sesampainya disana sudah pukul 18.20 WIB. Ternyata awak bus tadi menipu saya. Saya diturunkan di Madiun, karena busnya mau lanjut ke Ponorogo dan tidak mampir di Maospati. (Maklum, pertama kalinya pergi ke daerah Magetan. Jadi belum tahu medan)

Yang menyebalkan lagi, adalah banyaknya tukang ojek dan sopir yang memaksa saya naik kendaraan mereka dengan tarif gila-gilaan. Bayangkan saja Madiun - Maospati Rp. 100.000,- (gila apa???). Akhirnya saya bertanya pada seorang pemilik kios di terminal Madiun, apakah jam segini masih ada bus Sumber Kencono yang ke Maospati. AlhamduliLLah, beliau mau menunjukkan tempatnya.

Masih ada dua bus Sumber Kencono di sana. Akhirnya saya naik ke salah satunya. Hanya bayar tiket Rp 3.000 untuk sampai ke tujuan. Sesampai di terminal Maospati, hari sudah pukul 19.30 WIB, akhirnya menuju masjid terminal dulu untuk shalat. Ternyata di sana baru mulai melaksanakan shalat Isya. Seusai shalat keluar untuk mencari warnet. Selain untuk surfing, juga untuk meninjau apakah warnetnya layak untuk dijadikan tempat bermalam. Karena biasanya dengan membayar paket malam di warnet, kita bisa tidur di situ sampai pagi. Strategi untuk menghemat ongkos. Hehe. Namun warnet yang ada ternyata tidak bisa dijadikan tempat bermalam, karena tempatnya tidak disekat. Jadi hanya ada komputer - komputer yang dijajar sepanjang dinding.

Maka saya memutuskan untuk balik ke terminal. Rencana kedua yaitu tidur di bangku - bangku panjang peron terminal. Rencana yang riskan sebetulnya. Karena bisa saja backpack digerayangi orang sewaktu kita tidur. Namun saya lihat pintu masjid masih terbuka, walau sudah sepi dan lampu - lampu sudah dipadamkan. Ketika saya bertanya - tanya ke orang sekitar, ternyata memang di masjid itu diizinkan untuk bermalam. Akhirnya saya tidur di situ, dengan berbantalkan ransel yang dilapisi jaket. AlhamduliLLah, nyenyak juga. Saya tidur sampai hampir subuh.

Seusai shalat subuh, saya keluar dengan maksud mencari kopi. Ternyata di depan terminal sudah ada minibus dengan tujuan Magetan. Niat mencari kopi saya batalkan dan langsung naik minibus itu. Di terminal Magetan, saya mencari kendaraan L300 dengan tujuan Sarangan, kalau tidak ada berarti turun di Pasar Plaosan. Ternyata ada. Jadi saya naik L300 itu. Berdesakan dengan pedagang sayur dan petani yang berangkat ke perkebunan sayur di sekitar Sarangan. Perjalanan lancar dengan rute jalan yang berkelok - kelok dan pemandangan indah di kanan - kiri. Beruntung saya bisa duduk di jok depan, sehingga bisa leluasa menikmati pemandangan.

Sesampai di Sarangan, hari masih terlalu pagi sepertinya. Karena para pedagang masih banyak yang belum buka. Dan tempat yang pertama kali saya tuju adalah: toilet. Hehe.. Kemudian berkeliling di sekitar telaga. Banyak yang menawari untuk naik kuda atau ngebut dengan speedboat di telaga. Namun karena lebih kepingin jalan - jalan (aslinya sih karena sayang duit. wkwk), saya dengan sangat terpaksa menolak tawaran baik mereka.

Di sekeliling telaga juga sangat banyak penjual sate kelinci. Saya akhirnya menyempatkan sarapan sate kelinci dulu sekalian menanyakan jalan menuju air terjun Tirtasari. Ternyata saya sedikit kebablasan. Jalan naik ke air terjun ada di sebelah patung pesawat terbang di pojok barat daya telaga Sarangan (kalau saya tidak salah arah sih. hehe)

Naik ke air terjun cukup menyenangkan. Rute yang dilalui relatif mudah. Namun yang bikin sebal adalah banyaknya pungli di sepanjang jalan. Total 4 kali saya ditarik pungutan dengan dalih perbaikan jalan, dll. Padahal di pintu masuk sudah bayar tiket. Tapi saya berusaha menghibur diri dengan melihat pemandangan di sepanjang jalan yang dihiasi tebing-tebing dan perkebunan sayur.

Ternyata air terjunnya kecil saja. dan ditampung di kolam kecil di depannya sebelum mengalir ke sungai. Air terjun ini ternyata banyak dipakai orang untuk bertapa. Entah apa yang mereka cari. Katanya sih klo habis mandi disini, bisa awet muda. Weleh, saya juga mandi disini, apakah saya juga awet muda nantinya? Semoga saja sih ya. hehehe... ^_^



Oh ya, kalau ke Tirtasari sebaiknya jangan terlalu siang. Karena lewat tengah hari biasanya turun hujan dan setelah itu kabut akan menghalangi pandangan. Sehingga cukup membahayakan juga. Dan sialnya, saya justru terjebak hujan disana. Sehingga begitu hujan berhenti, tanpa membuang waktu lagi saya langsung turun ke Sarangan.

Hampir saja saya tergoda untuk meneruskan perjalanan ke Tawangmangu. Karena ada seorang sopir L300 yang menawarkan untuk kesana dengan tarif Rp. 15.000 per orang. Naik ojek juga bisa, tentu saja dengan tarif yang lebih mahal. Namun setelah mengecek kondisi finansial yang ada, saya memutuskan untuk langsung pulang saja. Kalau tidak, bisa2 saya harus menggadaikan celana untuk ongkos pulang. Hehe..

Setelah naik L300 dan disambung minibus sampai ke terminal Maospati, saya memutuskan untuk shalat sambil menunggu seorang sahabat saya yang minta dibelikan salak dari Sarangan (harus dari Sarangan!! kata dia). Saya ga tau dia ngidam atau apa, tapi ga apalah. Sekali2 menyenangkan orang kan berpahala, ya ga? Apalagi ternyata saya butuh bantuan dia untuk mengambilkan uang di ATM. hehe, impas.

Sahabat saya ini kemudian menyarankan, jangan naik SK kalau pulang karena terkenal suka ugal-ugalan. Tapi begitu dia menghilang dan di depan ada SK menunggu, saya ga pikir panjang lagi. Entah nanti saya pulang ke rumah atau ke surga, sebodo amat. Dah capek ni badan, masa suruh menunggu bis yang belum karuan datangnya? Akhirnya dengan mengucap bismillah, saya naik SK, mencari tempat duduk, dan tidur. Zzzzz....

7 comments:

addaraquthny said...

Sudah dibilangin jangan naik SK kok naik SK.

Rasain lu... Ngorok lu...

SHANDY said...

iyo ya. wkwkwk...

Anonymous said...

ahlan wa sahlan di telaga sarangan..^_^
terimakasih kunjungannya dan ditunggu kehadirannya lagi,wkwkkwwk

Anonymous said...

iya ding lupa, tengkyu salaknya *uda dibelain ujan2an sgala* hohohoho... tp setelah itu ketemu nasabah jadi sumingrah lagi cz bayar angsuran, hehehe ^_^

SHANDY said...

@ Ayyat: hehehe.. sek, ngunjungin yang lain dulu. syukran juga njih atas bantuannya sampe hujan2. ^_^

anees rohmat said...

enak ya ikhwan kalo bek peker-an tidur dimasjid terminal oke wae. keren tapi. kapan bek peker ke daerah tapal kuda, kalo butuh bantuan ane bantu deh ntar, asal ada upetinya wkwkwk

SHANDY said...

wkwkwk... jelas enak lah. bisa kemana2 dengan bebas. insya ALlah kapan2 ane kesana. tapi kayake ga ada tujuan yang menarik ya? :D

Search