Tulisan pertamaku di 2010. Setelah lama ga menulis, rasanya susah juga.
Fahami cinta.
Tahukah engkau Sahabat? Tidak ada kata yang disalahartikan lebih banyak dari cinta. Ga percaya?
Di Amerika Serikat, klo ada laki-laki bilang I love you ke seorang wanita, maka artinya adalah dia ingin bersetubuh dengan wanita itu. Ato ga usah jauh-jauh. Simak saja lagu-lagu yang banyak beredar saat ini. Seperti yang dinyanyikan She, apalah arti cinta, bila aku tak bisa memilikimu?
Sahabat, apakah bener cinta ga ada artinya klo kita ga bisa memiliki orang yang kita cintai itu???
Terus saat ini juga banyak teman - teman kita yang menjalani hubungan di luar pernikahan, dengan seenaknya saja mengatakan pada pasangannya aku mencintaimu.
Bahkan fenomena ini ga hanya melanda mereka yang awam. Mereka yang notabene menyandang predikat aktivis dakwah juga ga lolos dari jeratan syaithan ini. Hanya saja bahasanya diganti. Klo orang awam bilangnya I love you, aishiteru, ato je t'aime, maka para aktivis ini sedikit lebih keren. Mereka menggantinya dengan bahasa arab, Inni uhibbuki, Ukhti. Bahkan kadang pake embel-embel fiLlah.
Yuk kita bertanya, apakah bener itu cinta?
Sobat, klo cinta itu hanya sekedar perasaan ingin memiliki si dia, lantas apakah bedanya dengan posesivisme? Klo kita mencintai karena menginginkan kehangatannya, kelembutan suaranya bahkan saat dia belum halal bagi kita, apakah bedanya cinta dengan nafsu?
Lantas cinta itu apa?
Rumi dalam Matsnawi-nya sudah menulis, Menurutku, cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah duri jadi mawar, cuka jadi anggur, mengubah malang jadi untung, mengubah sedih jadi riang, mengubah setan jadi nabi, mengubah iblis jadi malaikat, mengubah sakit jadi sehat, mengubah kikir jadi dermawan, mengubah kandang jadi istana, mangubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibah. Itulah cinta.
Itulah cinta. Perasaan indah yang mengindahkan kehidupan, menghidupkan keindahan.
Ustadz Anis Matta menulis dalam salah satu buku beliau, mencintai adalah keputusan.
Mencintai itu lebih dari sekedar kata – kata semu dan janji palsu. Mencintai adalah ikrar kebersediaan diri untuk memperhatikan, melindungi, dan menghidupi orang yang kita cintai.
Oleh karena itu, tidak ada rasa sakit dari cinta. Orang yang mencintai, tidak pernah merasa rugi. Bahkan saat cintanya tak berbalas. Karena mencintai adalah seperti matahari, yang menghidupi bumi tanpa sekalipun mengharap imbalan.
Lantas kok sampe ada lagu ”Cinta ini Membunuhku” segala? D’Massiv yang bikin lagu ini pasti belum baca buku Jalaluddin Rumi atau Raudhatul Muhibbin-nya Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Klo udah, mereka pasti tau klo yang membunuhnya bukanlah cinta. Tapi nafsunya sendiri. Iya ga?
Klo mencintai haruslah memiliki, bagaimana kita memaknai cinta Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang menikahkan gadis yang dicintainya dengan pemuda lain. Ketika gadis itu bertanya, ”Wahai Umar, dulu engkau pernah mencintaiku. Kemanakah perasaan itu sekarang?”
Umar menjawab, ”Cinta itu masih ada. Bahkan rasanya semakin dalam.”
Itulah cinta. Yang mengorbankan kepentingan diri sendiri demi kebaikan orang yang dicintainya. Cinta Khalifah Umar bukan hanya miliknya sendiri. Cintanya adalah milik Allah dan seluruh umat Islam.
Lantas, gimana cara kita menyatakan cinta? Apakah seperti acara-acara di TV semisal Katakan Cinta? Yang hanya bermodal setangkai bunga atau sepotong coklat?
Kok kayaknya ga modal banget ya? ^_^
Buat yang akhwat, mestinya kalian marah klo diperlakukan seperti itu. Apa iya harga diri kalian hanya seharga sepotong coklat?
Mungkin ada yang menjawab, ”Eh, coklat sekarang mahal lho! Coba kau tanya harga sepotong Toblerone atau Cadbury. Pasti lebih mahal dari harga sandalmu!”
Waduh maaf, bukan gitu maksudnya. Pake bawa-bawa sandal lagi. Mentang-mentang sandalku udah butut. T_T
Ini konteksnya bukan pada mahal atau murahnya hadiah yang diberikan. Namun pada kesungguhan laki2 itu untuk mencintai. Mana ada sih perempuan normal yang suka dipegang-pegang tanpa kejelasan status hubungannya?
Dan pernikahan, adalah ekspresi paling murni, pernyataan paling agung dari cinta. Bukti paling nyata akan keberadaan cinta.
Karena tak ada yang mendorong seorang suami untuk bekerja keras membanting tulang demi anak istri klo bukan cinta. Dan tak ada yang mendorong seorang istri untuk mengabdi pada suami klo bukan cinta.
Karena CINTA adalah PERJUANGAN...
Dalam pernikahan, seorang suami menghadapi perjuangan yang sangat besar. Karena semua yang terjadi dengan keluarganya adalah tanggung jawabnya sebagai imam. Dia yang harus mendidik istrinya. Membimbingnya dengan penuh kelembutan. Agar menjadi khairu mataa’ud dunya. Sebaik-baik perhiasan dunia. Membimbing anak-anaknya, agar mereka kelak bisa menjadi penerus perjuangan dalam membela agama dan menegakkan peradaban. Dia juga harus berjuang memenuhi nafkah keluarganya. Agar nantinya dia tidak meninggalkan generasi yang lemah di belakangnya..
Bahkan sebelum dan pada saat pernikahan itu sendiri adalah perjuangan. Bagaimana ikhwan dan akhwat saling menjaga diri, saling memperbaiki diri. Agar kelak bisa membina yang terbaik pula. Bagaimana mereka memperbaiki niat, bahwa pernikahan itu bukan sekedar mencari kesenangan, namun meniatkannya untuk menjadi sumber cahaya bagi zaman. Menjadi madrasah – madrasah peradaban. Yang kelak akan melahirkan mujahid – mujahid baru, Ahmad Yassin baru, Al Hudhaibi baru, Izzuddin Al Qassam baru.
Dan bagaimana saat – saat pernikahan itu menjadi barakah. Karena sesunguhnya pernikahan adalah salah satu Mitsaqan Ghalidza, perjanjian besar yang hanya tiga kali disebutkan dalam Al Qur’an. Setara dengan perjanjian Allah dengan para rasulNya, dan perjanjian Allah dengan bani Israil. Perjanjian dahsyat, yang disaksikan tidak hanya oleh orang di sekitarnya. Namun Allah dan seluruh malaikatNya ikut menjadi saksi. Bahkan saat sang mempelai pria berjabat tangan dan mengucapkan Qabiltu nikaahaha... Allah mengantungkan bukit Thursina di atasnya.
Itulah cinta, Sahabat.
Karena CINTA itu SUCI, maka jangan nodai dia. Jangan campuradukkan dia dengan hawa nafsumu. Jangan katakan cinta secara sembarangan. Karena cinta menuntut pertanggungjawaban. Tanpa kau katakan pun, takdir Allah tidak akan berubah. Cinta itu akan menemukan jalan, seperti Sayyidina Ali dan Fathimah Az Zahra. Kalau memang untukmu, maka dia pasti akan datang padamu. Kalau memang belum halal, bersabarlah. Pasti akan datang saat dimana semuanya menjadi indah.
Itulah cinta Sahabat.
Pahami dia, dan jangan menodainya.
WaLlahu a’lam.
Untuk saudara-saudaraku yang akan dan telah melangsungkan pernikahan. Yang akan mengikatkan diri dalam ikatan surga atas nama cinta. Maafkan bila aku tak bisa memberi hadiah materi. Biarlah secarik catatan ini dan doa barakah dari hati terdalam yang menjadi hadiah terindah dariku. barakaLlahu lakum..
Selengkapnya...
Subscribe to:
Posts (Atom)